Jakarta, Aktual.co — PT Pertamina Persero berupaya meningkatkan kinerja di sektor hulu diantaranya dengan pengelolaan blok migas yang masa kontraknya segera habis dan merevitalisasi sumur tua untuk menambah produksi dan meningkatkan “revenue”.
“Kami harap pemerintah mendukung usulan kami untuk bisa memperoleh penugasan dalam pengolahan ladang-ladang minyak yang telah habis masa kontraknya,” ujar Direktur Utama PT Pertamina Persero Dwi Soetjipto di Jakarta, ditulis Jumat (30/1).
Sejumlah blok migas yang dimaksud adalah Blok Mahakam, Blok East Kalimantan, Blok Lho Sukon B, Blok Arun B, Blok South Sumatera, Blok Sanga-Sanga, dan Blok Ogan Komering yang kontraknya akan habis pada 2017 dan 2018 mendatang.
Dwi mengatakan produksi dari blok-blok tersebut sekitar 300 ribu BPH atau senilai dengan 11,8 miliar dolar AS per tahun. Selanjutnya Pertamina juga merevitalisasi dan mereaktivasi 5.000 sumur yang sudah tua dan/atau berstatus tidak aktif.
“Revitalisasi dan reaktivasi sebesar 20 persen dari jumlah sumur tersebut, berpotensi menambah produksi sebanyak 20 rbu BPH atau setara dengan 781 juta dolar AS per tahun,” ujar Dwi.
Selain itu, ujarnya, Pertamina juga melakukan akselerasi program “Enhanced Oil Recovery” (EOR) di lapangan-lapangan tua dan menambah jumlah lapangan EOR menjadi 16 lapangan yang diprediksi akan menambah produksi hingga 3,05 ribu BPH atau setara dengan 120 juta dolar AS per tahun.
“Sebelumnya pada 2013 Pertamina telah melakukan program uji coba EOR di delapan lapangan dan menghasilkan tambahan produksi 1,5 ribu BPH, jadi kami akan melanjutkan ‘success story’ ini dengan proyek yang lebih besar,” tuturnya.
Yang terakhir, Pertamina berupaya menurunkan “lifting cost” dari yang semula lebih dari 27 dolar AS per barel menjadi satu dolar AS per barel.
“Target produksi minyak Pertamina pada tahun 2014 sebesar 280 ribu BPH, penurunan ‘lifting cost’ ini akan menghemat dana hingga 102 juta dolar AS per tahun,” katanya.
Ekonom Energi dan Lingkungan Darmawan Prasodjo menilai langkah Pertamina tersebut sangat tepat karena cost sektor hulu Pertamina jauh lebih rendah dari sektor hilir.
Ia menjelaskan bahwa dengan total cost hulu 2,68 miliar dolar AS, kontribusi revenue (ebitda) yang diberikan jauh lebih besar yaitu 3,14 miliar dolar AS. Sedangkan total cost hilir yang mencapai 63,6 miliar dolar AS hanya mampu memberikan kontribusi terhadap revenue sebesar 1,69 miliar dolar AS.
“Sektor hulu memberi rasio keuntungan yang besar yaitu 54 persen dari revenue, sedangkan sektor hilir hanya 2,6 persen dari revenue,” tuturnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka