“Kalau ada yang bilang khofifah ungggul, jelas belum. Keduanya sangat berpeluang.” kata Novril.
Menariknya, kekuatan antara cagub dan antar cawagub juga sama. Jika cagub, suaranya terpecah di kalangan NU, pada cawagubnya antara Emil dan Puti sama-sama membidik suara dari kaum milenial yang merupakan pemilih pemula.
“Pemilih milenial juga terpecah. Sebab, pemilih pemula tidak mempertimbangkan soal siapa kepopuleran tokoh. Tetapi lebih memilih karena sistem oraganisasi yang bagus.” terang Novri.
Belakangan ini, kata Novri, popularitas Puti Guntur Soekarno justru terus melaju jika dibandingkan Emil. Sebab, Emil sudah melakukan kerja politik sejak enam bulan lalu, bahkan sejak menjadi bupati pada Februari 2016. Sementara Puti Soekarno baru muncul ke proses politik di Jatim mulai 10 Januari 2018 saat pendaftaran di KPU Jatim.
Dengan popularitas yang sama, bisa dikatakan bahwa Puti adalah tipikal politikus yang bisa cepat membangun jaringan dan piawai merespons dinamika lapangan, dan cakap memasarkan gagasannya.
Novri menambahkan, tantangan ke depan bagi Emil dan Puti untuk terus memacu pengenalannya. (Ahmad H. Budiawan )
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid