Jakarta, Aktual.com — Riset Capital Economics, Garet mengatakan pertumbuhan Indonesia masih tetap lemah dan tidak mungkin untuk berbalik.
Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 4,73% pada kuartal III dari Juli hingga September, jika dibandingkan dengan kuartal kedua 4,67%.
Seperti dikutip dari BBC, Jumat (6/11) pertumbuhan yang rendah ini dipicu dari kemampuan belanja konsumen yang lemah, harga komoditas merosot, serta suku bunga yang tinggi.
Pada bulan September, Presiden Jokowi melakukan reshuffle terhadap kabinetnya untuk mempercepat pengeluaran pemerintah.
Namun diasayangkan penyerapan anggaran masih sangat lemah pada berbagai sektor kementerian.
“Dengan kebijakan moneter dari bank sentral yang ketat dan harga komoditas yang rendah, ini menjadi hambatan pada pertumbuhan perekonomian, kami kira pertumbuhan tetap terjebak di sekitar 4,5-5% selama beberapa tahun ke depan,” katanya.
Namun Menko Perekonomian Indonesia Darmin Nasution mengatakan, bank sentral tidak memiliki celah untuk menurunkan suku bunga jika inflasi mereda.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan