Jakarta, Aktual.com – Pertumbuhan ekonomi di 2016 berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 5,02%. Memang tak jauh beda dengan prediksi banyak pihak. Namun di tahun ini prediksi akan lebih rendah di bawah 4,9%.
“Laju inflasi di tahun ini lebih tinggi, terutama dari komponen administered prices (harga ditentukan pemerintah), sehingga akan tekan kemampuan konsumsi masyarakat. Kami prediksi pertumbuhannya lebih rendah bahkan di kuartal I-2017 di bawah 4,9%,” papar Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati di sela-sela diskusi Jakarta Economic Media Forum (JEMF) di Jakarta, Senin (6/2).
Menurut Enny, kebijakan menaikkan harga secara serentak oleh pemerintah justru akan menekan laju konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dilakukan oleh pemerintah di Januari lalu.
“Mestinya pemerintah jangan buat kebijakan yang aneh-aneh. Seperti menaikan harga secara serentak. Ini kita minta ke pemerintah soal administered prices ini jangan berbarengan. Dampaknya saat ini kenaikan harga merembet ke barang-barang lain,” jelas Enny.
Apalagi memang, kata dia, ada kebijakan kenaikan energi yang sangat berdampak serius terhadap kenaikan harga pangan lainnya.
Dan ternyata, lanjut dia, sejak Kuartal IV-2016 pemerintah dianggap gagal mengendalikan harga pangan yang memicu kenaikan inflasi dari komponen harga pangan bergejolak (volatile foods).
“Tanpa adanya pengendalian pangan dan kenaikan serentak di administered price, maka dipastikan akan menekan konsumsi rumah tangga,” pungkas dia.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan