Foto aerial kota Jakarta, Jumat (6/5). Menurut Bank Indonesia, realisasi pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta selama triwulan I 2016 sebesar 5,62 persen, lebih rendah dibanding triwulan IV 2015. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan APBN tahun 2017 mencapai 5,3 persen. Lebih tinggi dari APBNP 2016 yang sebesar 5,2 persen. Target tersebut memang dirasa cukup tinggi, apalagi di saat masih terjadi perlambatan perekonomian global.

Namun demikian, di mata kalangan pengusaha, sah-sah saja pemerintah bersikap optimis. Yang penting pemerintah harus dapat memitigasi risiko di pasar global di tahun depan, terutama masih terjadinya fluktuasi harga komoditas dunia.

“Jadi, pemerintah dan termasuk kita kalangan pengusaha harus mewaspadai sentimen global di tahun depan. Pasalnya, fluktuasi harga minyak dunia masih akan terus terjadi,” ujar Ketua Pengurus Wilayah Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) DKI Jakarta, Dian Saputra, di Jakarta, Kamis (18/8).

Harga komoditas minyak mentah dunia, tegas Dian, diprediksi masih akan menurun, sehingga dapat berimplikasi kepada harga komoditas ekspor andalan Indonesia.

“Ditambah lagi masih terjadinya perlambatan ekonomi di China. Padahal China adalah pasar ekspor kita yang besar. Kalau tidak diantisipasi akan mengganjal target pertumbuhan tersebut,” tandas Ketua Japnas DKI yang baru terpilih ini.

Selain faktor global, kata Dian, pertumbuhan ekonomi tersebut dapat tercapai jika APBN 2017 itu dapat terserap dengan baik. Termasuk juga efek kebijakan dari program pengampunan pajak (tax amnesty) jika berjalan efektif bisa saja berkontribusi positif terhadap pertumbuhan.

“Sehingga program amnesti pajak ini bisa membawa masuk dana-dana dari luar negeri untuk dapat dikembangkan di sektor riil. Jika hal itu terjadi, maka saya optimis angka pertumbuhan 5,3 persen akan tercapai,” papar Dian.

Dian juga mengingatkan terkait kontribusi investasi terhadap pertumbuhan. Menurut dia, dari aspek investasi berdasar data yang ada juga sebenarnya mulai meningkat. Baik itu investasi lokal maupun investasi asing.

“Jika investasi terus meningkat akan menjadi pendukung pertumbuhan ekonomi kita yang signifikan,” tuturnya.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka