Jakarta, Aktual.com – Pertumbuhan ekonomi 2016 yang cuma mencapai 5,02 persen dan kondisi kehidupan petani yang kian sengsara di era Pemerintahan Joko Widodo ini semakin kuat pertanyaan publik, apa saja sih kinerja tim ekonomi Jokowi ini?
Sebab baru di awal tahun saja, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan kalau nasib kaum marhaen dan wong cilik seperti petani dan buruh semakin sengsara. Hanya inflasi yang semakin melejit.
“Ini yang parah, kelompok masyarakat yang merupakan lapisan paling besar dari rakyat Indonesia yakni wong cilik, kaum marhaen, petani dan buruh justru ekonomi mereka semakin parah dari waktu ke waktu,” papar koordinator Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng, kepada Aktual.com, di Jakarta, Senin (13/2).
Menurut dia, berdasar laporan BPS, pada Januari 2017, Nilai Tukar Petani (NTP) malah turun 0,56% dibanding Desember 2016. Termasuk juga dengan upah riil harian buruh tani di Januari 2017 turun sebesar 0,19% dibanding bulan sebelumnya, sedang upah riil harian buruh bangunan Januari 2017 turun 0,29% dibanding upah riil bulan Desember 2016.
“Sementara, secara keseluruhan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) juga lagi-lagi turun sebesar 0,43 % dibandingkan Desember 2016,” ungkap dia.
Apalagi, kata dia, pada Januari 2017 terjadi inflasi sebesar 0,97 persen. Dengan demikian, setahun inflasi di 2017 itu bisa mencapai 11%-12%.
“Ini merupakan pemelaratan bagi kaum miskin. Jadi, fakta di atas menunjukkan, bahwa kaum marhaen, wong cilik, semakin tercekik hidupnya oleh karena pemerintah gagal mengendalikan inflasi yang tetap tinggi,” papar Salamuddin.
Berdasarkan laporan BPS JanuariĀ 2017 itu, kata dia, maka pertanyaan paling besar terhadap kinerja Kementrian yang menangani pembangunan ekonomi dan keuangan pemerintahan Jokowi adalah, pembangunan mereka untuk siapa? Pertumbuhan mereka untuk siapa? Untuk asing dan para taipan atau untuk wong cilik dan kaum Marhaen?
“Untuk itu, saya sebut ekonomi kita hanya membuat yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin,” tandasnya.
(Laporan: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka