Ilustrasi Industri-Migas

Jakarta, Akrual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju pertumbuhan di kuartal I-2017 hanya mencapai 5,01 persen. Angka ini mengalami penurunan dibanding kuartal yang sama di tahun lalu yang sebesar 5,18 persen atau year on year (yoy).

“Penyebab utama turunnya pertumbuhan ekonomi karena sektor pertambangan melambat. Terutama komoditas batubara dan migas (minyak dan gas bumi),” ujar Kepala BPS, Suhariyanto, di Jakarta, Jumat (5/5).

Menurut catatan BPS, industri batu bara dan migas mengalami pertumbuhan yang melambat secara yoy. “Di tiga bulan yang lalu, industri batubara dan migas cuma tumbuh 2,8 persen. Sedangkan di kuartal I-2016 mencapai 5,18 persen,” jelas Kecuk, panggilannya.

Secara keseluruhan, kata dia, sektor pertambangan mengalami pertumbuhan yang negatif atau minus 0,49 persen. “Hal ini terjadi karena ada penurunan produksi harian untuk gas alam dan minyak mentah dan kondensat. Juga ada penurunan produksi tembaga dan emas dari PT Freeport Indonesia dan dan PT Newmont,” tegas dia.

Sementara untuk sektor non migas, lanjut Kecuk, di sektor ini justru mengalami pertumbuhan lebih bagus dibanding kuartal I-2016 sebesar 21,61 persen.

Seperti sektor pertanian, kata dia, tumbuhnya signifikan yang mencapai 7,12 persen. Di kuartal I-2016 hanya 1,47 persen. Sebab ada faktor elnino di kuartal I-2016 dan selanjutnya ada la nina yang menghambat kinerja pertanian.

“Seluruh sub sektor di pertanian naik, kecuali holtikultura. Yang tinggi pada tanaman pangan sebesar 12,96 persen, karena curah hujan mendukung di akhir 2016. Sehingga mempercepat penanaman padi juga karena ada bantuan sarana produksi dan alat pertanian,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka