Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini terdapat 13,5 juta penduduk Indonesia yang hidup miskin di lingkungan kumuh. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Perkembangan jumlah dan presentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) hingga akhir Agustus 2016 lalu memang masih cukup tinggi di 5,61 persen dari total penduduk. Diprediksi hingga akhir tahun juga masih tinggi.

Dengan kontribusi pengangguran di perkotaan sebanyak 6,6 persen dan di pengangguran di pedesaan sebesar 4,51 persen.

“Tahun depan, pemerintah menargetkan TPT pada rentang 5,3-5,6 persen. Namun proyeksi INDEF bisa lebih besar lagi,” kata Direktur INDEF, Enny Sri Hartati, di Jakarta, ditulis Rabu (7/12).

Menurutnya, INDEF memproyeksikan tingkat pengangguran itu di tahun depan mencapai 5,8 persen. Peningkatan TPT itu disebabkan oleh semakin menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi dalam menyerap tenaga kerja.

“Hal itu terjadi sebagai akibat dari adanya stagnasi pertumbuhan di sektor-sektor tradable,” cetus dia.

Untuk itu, kata dia, agar target pemerintah dalam menekan tingkat pengangguran dapat terealisasi, dibutuhkan upaya-upaya serius. Misalnya dengan meningkatkan pertumbuhan sektor tradable, terutama sektor pertanian dan industri manufaktur.

“Karena pertumbuhan ekonomi Indonesia itu rata-rata di bawah 5 persen, sehingga kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja relatif menurun,” jelas Enny.

Sektor-sektor non tradable juga mengalami perlambatan. Selama ini hanya sektor-sektor berbasis konsumen yang bergerak positif, seperti sektor telekomunikasi. Selain itu, perbaikan kualitas sumber daya manusia juga penting agar mampu bersaing di pasar global.

Meski data yang disodorkan pemerintah tren TPT menurun, tapi secara kualitas SDM Indonesia masih cukup jauh di banding negara-negara se kawasan.

“Pemerintah perlu mengejar ketertinggalan SDM baik melalui pensidikan formal maupun keterampilan,” ujarnya.

Dengan kondisi TPT yang akan masih tinggi ini, Enny menegaskan, akan berdampak ke peningkatan laju kemiskinan. Makanya, INDEF memproyeksikan tingkat kemiskinan pada 2017 mencapai 10,7 persen. Lebih tinggi dari target pemerintah di angka 9,5 persen-10,5 persen.

“Persoalan efektivitas program dan penurunan kualitas pertumbuhan ekonomi merupakan dua penyebab utama masih tingginya tingkat kemiskinan di tahun depan,” pungkas Enny.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid