Dirut PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto memberikan keterangan pers terkait likuidasi Petral Group di Jakarta, Senin (4/4). Pertamina telah melakukan formal likuidasi Petral Group yang terdiri dari Zambesi, Petral dan PES pada Februari 2016 lalu sehingga lebih cepat dari target sebelumnya yakni Juni 2016. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pras/16.

Jakarta, Aktual.com – Beredarnya dokumen usulan perubahan struktur organisasi Pertamina, menimbulkan sejumlah pertanyaan dipelbagai kalangan masyarakat. Direktur Eksekutif CERI Yusri Usman menilai ada keanehan dan pertanyaan publik apakah konsep perubahan struktur organisasi Pertamina tersebut merupakan hasil pembahasan antara dewan komisaris  dengan Direksi Pertamina , atau ini hanya inisiatif Dewan Komisaris saja.

“Pertanyaannya, kenapa komisaris pertamina menanda tangani surat usulan ketika Dirut Pertamina ke Iran merintis usaha mendapatkan wilayah kerja ekplorasi dengan cadangan 5 miliar barrel,” ujar Yusri di Jakarta, Kamis (11/8).

Usulan perubahan struktur organisasi
Usulan perubahan struktur organisasi

Yusri Usman pun mempertanyakan apakah ada gerakan pergesakan di manajemen Pertamina saat ini, jangan-jangan ini hasil pergesekan antara Dwi Sucipto dengan Bu Rini sebelum resuffle kabinet 27 juli 2016 yang mencuat bahwa Dwi Sucipto akan menduduki posisi Meneg BUMN untuk menggeser kursi Rini Soemarno, sehingga bisa jadi perubahan struktur Pertamina ini diduga hanya sebagai jalan untuk mengeser Dwi Sucipto atau setidaknya menjepit posisinya dengan rencana mengangkat Ahmad Bambang sebagai Wakil Dirut, setelah disetujuinya struktur organisasi baru oleh Meneg BUMN.

“Dugaan itu semakin nyata takkala surat usulan perubahan struktur organisasi dilakukan disaat Dirut Pertamina berada diluar negeri, apalagi wacana mengganti posisi Dwi Sucipto sudah beredar luas menjelang resuflle kabinet , adapun nama yang beredar kuat saat itu adalah Ahmad Bambang dengan Sofyan Basyir yang akan menempati pos baru tersebut,” jelasnya.

Padahal di dalam era globaliasi perdagangan dan harga minyak mentah rata-rata di bawah USD 45 per barrel sepanjang hampir 2 tahun ini, bisa dikatakan semua perusahaan minyak dunia mengurangi karyawan dan merampingkan organisasinya. Namun, berbeda kenyataan dengan proses transformasi bisnis yang dilakukan oleh Pertamina, malah makin membuat organisasi semakin gemuk.

“Tentu publik menunggu penjelasan secara terbuka dan menyeluruh dari Pertamina atas kebijakan ini, bisa jadi anomali yang dilakukan Pertamina ini merupakan teori baru manajemen krisis dalam mengefisiensikan perusahaan,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka