Banda Aceh, Aktual.com – Anggota Komisi III DPR RI, M Nasir Djamil menyatakan perubahan sosil yang dilakukan di masyarakat jangan menggunakan cara-cara radikal maupun ekstrem.
“Ada tiga komponen masyarakat yang mampu melakukan perubahan, yakni kampus dengan mahasiswanya, pesantren dengan santrinya dan masjid dengan remaja masjidnya. Perubahan tersebut harus dilakukan dengan cara-cara yang reformis,” katanya di Banda Aceh, Sabtu (30/4).
Dalam Dialog Pemuda Remaja Masjid (DPR Masjid) yang digelar oleh Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kota Banda itu, Ia mengatakan pemuda dan remaja masjid agar dapat melakukan perubahan sosial di masyarakat dengan cara reformasi, tidak dengan cara radikal.
Menurut Nasir, radikalisme tidak identik dengan agama, apalagi sampai mempersepsikan radikalisme sebagai bagian dari ajaran agama.
“Orang-orang yang menghubungkan radikalisme dengan Islam itu adalah orang yang keliru,” kata anggota DPR asal Aceh itu.
Politisi PKS itu juga menyesalkan adanya segelintir umat Islam yang ikut-ikutan mengatakan Islam menyuburkan radikalisme, padahal Islam adalah pedoman hidup yang tidak mungkin mengajarkan radikalisme.
“Radikalisme bisa terjadi kalau ada kesenjangan ekonomi, sosial dan kesenjangan politik. Maka peran pemuda dan remaja untuk memahami realita di masyarakat sehingga bisa melakukan klarifikasi, termasuk menjelaskan bahwa masjid tidak mendidik radikalisme,” katanya.
Dialog bertajuk peran pemuda dan remaja masjid dalam menangkal paham radikalisme dan ekstremisme di tengah masyarakat itu merupakan rangkaian dari kegiatan Pekan Remaja Cinta Masjid (Pertama) di Banda Aceh.
Nasir juga mengajak pemuda dan remaja untuk memakmurkan masjid dengan kegiatan keagamaan dan shalat jamaah.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara