Ilustrasi pengisian muatan batu bara kedalam kapal tongkang

Jakarta, aktual.com – Rencana pemerintah untuk mewujudkan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) masih terhenti, terutama setelah Air Products and Chemicals Inc menarik diri dari dua kerja sama proyek gasifikasi batu bara di Indonesia.

Kepullang mundurnya perusahaan asal Amerika Serikat dari dua proyek DME di Indonesia telah menjadi sorotan, terutama yang diakui oleh Presiden Jokowi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menjelaskan bahwa keputusan Air Products untuk tidak melanjutkan proyek kerja sama hilirisasi batu bara di Indonesia didasarkan pada beberapa pertimbangan. Salah satu alasan utamanya adalah karena perkembangan bisnis di Amerika lebih menarik dibandingkan dengan di Indonesia.

“Air Products kemarin karena dia itu merasa di Amerika lebih menarik bisnisnya dia ke sana,” kata Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, dikutip Selasa (26/12).

Di samping itu, pemerintah Amerika Serikat juga menawarkan insentif menarik, terutama dalam bentuk subsidi, khususnya untuk proyek pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).

Seperti yang diketahui, Air Products and Chemicals, Inc tidak hanya mengundurkan diri dari proyek kerjasama dengan PTBA dan Pertamina yang terkait dengan gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME). Bahkan, perusahaan ini juga memutuskan untuk menarik diri dari proyek hilirisasi batu bara lainnya di Indonesia.

Meskipun kehilangan mitra dalam pengembangan proyek tersebut, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tetap berkomitmen untuk mendukung pemerintah dengan melaksanakan program hilirisasi di sektor batu bara. Hal ini sesuai dengan upaya perusahaan dalam menjaga ketahanan energi nasional.

Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Niko Chandra menyatakan keseriusannya dalam meningkatkan program hilirisasi batu bara. Ini sejalan dengan visi PTBA sebagai perusahaan energi kelas dunia yang memprioritaskan kepedulian terhadap lingkungan.

Untuk memastikan kelancaran pelaksanaan program hilirisasi, perusahaan juga telah menyiapkan alokasi cadangan batu bara khusus untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (Sumsel). KEK ini diarahkan untuk menjadi pusat industri yang berfokus pada hilirisasi dan energi.

“PTBA telah mengalokasikan cadangan batu bara khusus untuk proyek hilirisasi, sehingga kebutuhan batu bara untuk industri hilirisasi dapat terjamin,” kata dia kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.

Dalam konteks ini, Niko mengungkapkan penghargaannya kepada Pemerintah atas berbagai bentuk dukungan yang diberikan untuk menjamin keberlanjutan proyek hilirisasi batu bara. Dengan dukungan yang konsisten dari Pemerintah, PTBA memiliki keyakinan bahwa pencapaian hilirisasi batu bara dapat direalisasikan secara positif.

“Kami terbuka untuk bekerja sama dengan mitra yang kompeten dalam bidang hilirisasi batu bara untuk bersama-sama mengembangkan industri hilirisasi di Indonesia,” tambahnya.

Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membuka kesempatan bagi pencarian mitra baru untuk melaksanakan proyek hilirisasi atau gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) di Sumatra Selatan (Sumsel). Inisiatif ini muncul sebagai tanggapan terhadap keputusan Air Products and Chemicals, Inc, yang merupakan salah satu anggota konsorsium dalam proyek pengganti LPG ini, untuk mundur.

Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, menyatakan bahwa proses pencarian mitra untuk proyek DME masih berlangsung. Meskipun demikian, perusahaan tetap berkomitmen untuk melanjutkan proyek ini.

“Kalau masalah partnernya tentu ini masih berproses ya kita tentunya jalan terus yang jelas kita sudah mempersiapkan kawasan itu kawasan hilirisasi batu bara. Siapapun yang berpartner bisa dilakukan kerja sama yang menguntungkan untuk kedua belah pihak,” ujar Arsal saat ditemui di Jakarta, Kamis (9/3/2023).

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain