Jakarta, aktual.com – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyampaikan ucapan selamat merayakan Idul Fitri 1444 H kepada seluruh warga negara dan seluruh warga Muhammadiyah pada Rabu (19/4) kemarin. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan ada tiga pesan yang diharapkan muncul pada diri kaum muslimin dan bangsa Indonesia setelah ibadah Ramadan 1444 H.
Pertama, ungkapnya, seluruh pendisiplinan diri melalui berbagai ibadah di bulan Ramadan diharapkan teraktualisasi dalam kehidupan nyata. Kaum muslimin diharapkan menjadi insan yang bertakwa secara otentik, terutama saat membawa misi Rahmatan Lil ‘Alamin.
“Insan yang mutaqqin, yang bertakwa, harus menjadi manusia terbaik dalam jiwa, pikiran, dan tindakan. Sebagai insan-insan yang uswah hasanah, menjadi teladan terbaik sekaligus juga menjadi insan yang selalu berbuat ihsan kepada sesama dan lingkungan. Dan semua itu adalah manifestasi dari taqarub ilallah, mendekatkan diri kepada Allah yang melahirkan jiwa takwa yang otentik,” kata dia seperti dikutip dari situs Muhammadiyah.
Idulfitri juga diharapkan menjadi momen perekat ukhuwah serta usaha-usaha memajukan kehidupan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan yang dilandasi oleh nilai-nilai agama. Sehingga nantinya siapapun dapat menjadi umat terbaik (khairu ummah).
“Dengan Idulfitri, kami harapkan kita kaum muslimin yang menjalankan puasa dengan seluruh rangkaian ibadah selama satu bulan lamanya, menjadi insan-insan yang semakin bertakwa. Yakni insan yang selalu menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan membuahkan kesalehan bagi kehidupan keluarga, diri, masyarakat, bangsa dan kemanusiaan semesta,” ujarnya.
Kedua, Haedar Nashir berharap agar Idulfitri menjadi momentum menguatkan keadaban bangsa Indonesia yang berbasis pada agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa.
“Lebih-lebih setelah berpuasa bagi kaum muslimin sebagai mayoritas di negeri ini, jadilah sinar penerang, jadilah pencerdas dan jadilah perekat kebersamaan hidup dalam kebhinnekaan. Jika ada perbedaan dalam beridulfitri dan dalam kegiatan-kegiatan ibadah yang bersifat furu’iyah dan ikhtilaf, maka kedepankan tasamuh, saling toleran, menghargai dengan penuh kedewasaan,” pesannya.
“Dengan idulfitri yang juga sudah menjadi tradisi dalam kehidupan bangsa kita. Ada mudik, ada syawalan, ada silaturahmi, maka jadikan idulfitri sebagai kekuatan persatuan bangsa. Indonesia hari ini dan ke depan dalam spirit Bhinneka Tunggal Ika dan kekuatan luhur agama, harus menjadi bangsa yang bersatu, yang dengan persatuan kita akan menjadi bangsa yang kuat.
Dengan persatuan, kita kita menjadi bangsa yang berdaulat, dan dengan persatuan kita akan menjadi bangsa yang setara dengan bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang unggul,” imbuhnya.
Ketiga, Haedar berpesan supaya Idulfitri dijadikan kekuatan ruhaniah kolektif bagi kaum muslimin dan warga bangsa untuk membawa Indonesia menjadi Indonesia Berkemajuan dalam berbagai aspek kehidupan.
“Kita diajari berbuat yang terbaik membangun bangsa dan jangan merusaknya. Kita dituntut untuk menjadi bangsa yang ada di depan, maju di bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, mengelola sumber daya alam, tapi dengan jiwa kekhalifahan yang penuh pertangungjawaban. Tidak hanya kepada manusia, tapi juga kepada Allah yang menciptakan manusia dan seluruh alam semesta untuk kita rawat dan kita bangun menjadi negeri yang aman dan berkah,” kata Haedar.
Jika seluruh kaum muslimin dan warga bangsa memiliki ketakwaan yang otentik pasca Ramadan, Haedar optimis Indonesia menjadi negara yang penuh keberkahan, keamanan, dan diridhai oleh Allah SWT.
“Kita ingin Indonesia dilimpahi berkah dan rahmat Allah SWT karena seluruh penduduk negerinya, apapun agamanya, golongannya, sukunya, rasnya, pilihan politiknya menjadikan agama sebagai panduan kehidupan yang membawa pada kesalehan, kebajikan, ketakwaan, keadaban. Dan menebar rahmat bagi semesta alam bagi suasana hidup penuh persaudaraan di tengah perbedaan,” kata Haedar.
“Semoga idulfitri tahun ini akan menjadi jalan panjang kita membawa umat dan bangsa ini pada berkah Allah Swt,” tuturnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Megel Jekson