Jakarta, Aktual.com – Paus Fransiskus menyampaikan pesan perdamaian selama misa Malam Natal saat merayakan perayaan Natal global. Saat itu, konflik antara Israel dan Hamas serta invasi Rusia ke Ukraina melatarbelakangi salah satu hari libur dunia yang paling dicintai.

Paus Fransiskus, dalam misa Malam Natalnya pada hari Senin (25/12), mengungkapkan keprihatinannya terhadap penderitaan warga sipil akibat perang.

“Memikirkan orang-orang ‘yang menderita akibat perang kami memikirkan Palestina, Israel, Ukraina’,” ucap Paus memberikan nada muram dalam misa Malam Natalnya.

“Malam ini, hati kita berada di Betlehem, di mana Pangeran Perdamaian sekali lagi ditolak oleh logika perang yang sia-sia, oleh bentrokan senjata yang bahkan hingga saat ini menghalangi dia untuk mendapatkan ruang di dunia,” imbuhnya Paus.

Bethlehem, yang terletak di wilayah Tepi Barat yang diokupasi, dianggap sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus lebih dari 2.000 tahun yang lalu, seperti yang diyakini oleh umat Kristen. Secara efektif, kota ini membatalkan perayaan Natal tahunan yang biasanya menarik ribuan wisatawan.

Kini, Bethlehem tidak lagi menggelar pohon Natal raksasa, parade dengan marching band yang meriah, dan memilih untuk menggunakan hanya beberapa lampu yang bersinar terang sebagai bagian dari perayaan tersebut.

Di pusat kota, terlihat sebuah bendera Palestina yang besar telah diangkat, disertai dengan spanduk yang bertuliskan “Lonceng Betlehem berbunyi untuk gencatan senjata di Gaza”.

Seorang penduduk mengungkapkan kesulitannya merayakan Natal di tengah banyaknya korban tewas.

“Banyak orang yang mati demi tanah ini,” ucap Nicole Najjar, seorang siswa berusia 18 tahun.

“Sangat sulit untuk merayakannya ketika rakyat kita sedang sekarat,” lanjut Nicole.

Patriark Latin Yerusalem, Pierbattista Pizzaballa, menyatakan bahwa mereka tidak hanya berdoa agar terjadi gencatan senjata, melainkan juga untuk mengakhiri permusuhan tersebut.

“Kami di sini untuk berdoa dan meminta tidak hanya gencatan senjata, gencatan senjata saja tidak cukup, kami harus menghentikan permusuhan ini dan membalik halaman karena kekerasan hanya menghasilkan kekerasan,” kata Pizzaballa.

Sementara itu, Suster Nabila Salah dari Gereja Katolik di Gaza menyatakan kepada AFP bahwa semua perayaan Natal telah dibatalkan. Gereja tersebut menjadi tempat tragedi pembunuhan dua wanita Kristen oleh penembak jitu Israel pada awal bulan ini.

“Bagaimana kita merayakannya ketika kita… mendengar suara tank dan bombardir, bukannya bunyi bel?” tanyanya.

Di Suriah, gereja-gereja membatasi perayaannya hanya dengan mengutamakan doa solidaritas untuk rakyat Palestina.

Artikel ini ditulis oleh:

Yunita Wisikaningsih