Sanaa, Aktual.com – Sebuah ledakan besar dan suara tembakan terdengar di bandara Aden, Yaman, tak lama setelah sebuah pesawat yang membawa pemerintah Yaman yang baru dibentuk mendarat pada hari Rabu (30/12).
Dua sumber keamanan setempat mengatakan sedikitnya 13 orang tewas dan puluhan lainnya cedera dalam serangan di bandara Aden itu. Belum ada yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu seperti dikutip dari Al Arabiya.
Seorang wartawan Al Arabiya mengatakan bahwa laporan awal menunjukkan bahwa menteri-menteri pemerintahan Yaman yang baru tidak terluka dalam serangan itu.
Anggota kabinet termasuk Perdana Menteri Maeen Abdulmalik, serta Duta Besar Arab Saudi untuk Yaman Mohammed Said al-Jaber, dipindahkan dengan aman ke istana presiden di kota.
“Kami dan anggota pemerintah berada di Ibu Kota sementara Aden dan semua orang baik-baik saja,” kata Maeen dalam tweetnya dari istana Maasheq.
“Tindakan teroris pengecut yang menargetkan bandara Aden adalah bagian dari perang yang dilancarkan terhadap negara Yaman dan orang-orang hebatnya,” imbuhnya.
Sumber keamanan setempat mengatakan tiga mortir telah mendarat di aula bandara Aden.
Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, mengutuk serangan bandara tersebut. Ia menyebut serangan itu sebagai tindakan kekerasan yang tidak dapat diterima.
“Saya mengutuk keras serangan di bandara Aden setelah kedatangan Kabinet dan pembunuhan serta banyak warga sipil yang tidak bersalah cedera. Belasungkawa dan solidaritas yang tulus untuk semua yang kehilangan orang yang dicintai,” katanya melalui Twitter.
“Saya mengharapkan kekuatan Kabinet (Yaman) dalam menghadapi tugas-tugas sulit ke depan. Tindakan kekerasan yang tidak dapat diterima ini merupakan pengingat tragis akan pentingnya membawa Yaman segera kembali ke jalan menuju perdamaian,” tambahnya.
Pemerintahan baru Yaman diumumkan pada 19 Desember lalu. Hal itu tidak terlepas dari perkembangan terbaru negara itu yang mengadopsi Perjanjian Riyadh yang mengatur struktur pembagian kekuasaan antara Dewan Transisi Selatan dan pemerintah Yaman.(RRI)
Artikel ini ditulis oleh:
Warto'i