Jakarta, Aktual.com — Bank Indonesia (BI) belum begitu yakin laju rupiah akan menguat pada semester I 2016 ini. Otoritas bank sentral itu justru memproyeksikan rupiah mulai perkasa pada paruh kedua tahun ini atau tepatnya pasca Federal Reserve (The FED) menaikkan suku bunga sebanyak dua kali di paruh pertama tahun ini.
“Kami perkirakan rupiah akan menguat di kuartal ketiga dan keempat 2016 ini,” tandas Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo di Jakarta, Senin (25/1).
Menurutnya, pasar masih menanti kebijakan suku bunga The Fed yang kemungkinan akan menaikkan suku bunganya akan kembali mempengaruhi fluktuasi rupiah. BI sendiri memproyeksikan The Fed Fund Rate, tidak akan mengalami kenaikan melebihi dua kali. Kemungkinan di Maret dan Juni ini.
“Sehingga perkiraan saya rupiah akan tetap stabil untuk kuartal pertama dan kedua, karena masih ada kemungkinan kenaikan The Fed Fund Rate itu,” pungkas Ferry.
Dengan kondisi negitu, BI menilai di semester kedua itu akan jadi saat yang tepat untuk penguatan rupiah. Kata dia, stabilitas rupiah di sepanjang Semester I-2016 itu disebabkan oleh berlanjutnya tren positif sejumlah indikator makroekonomi domestik.
Pergerakan makroekonomi yang perlu diwasapsai BI adalah laju inflasi yang kemungkinan di tahun ini bakal lebih tinggi dari 2015 lalu. Pada 2016 laju inflasi masih akan rendah sebesar 4,3 persen (year-on-year), tapi lebih tinggi dibanding inflasi 2015 sebesar 3,35 persen.
“Karena tekanan pada rupiah, kalau bicara fundamental, memang masih tergantung pada inflasi dan defisit neraca berjalan,” tandas dia.
Defisit neraca berjalan sendiri yang tahun lalu mencapai 2 persen, kemungkinan di 2016 ini masih melebar tipis sekitar 2,6 persen. Angka itu, menurut BI, masih relatif oke untuk pertumbuhan ekonomi.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan