Kudus, Aktual.com – Petani di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah merasakan kesejahteraan ketika harga jual gabah cukup tinggi seperti halnya saat ini yang mencapai Rp5.000 lebih per kilogramnya.

“Untuk itu, petani sangat berharap harga jual gabah yang mencapai Rp5.500 per kilogramnya bisa berlangsung stabil, karena selama bertahun-tahun menanam padi baru kali ini merasakan harga jual gabah mahal,” kata salah seorang petani asal Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kudus, Rohwan, di Kudus, Minggu (21/1).

Menurut dia, harga jual gabah yang ideal bisa menyejahterakan petani memang sekitar Rp5.000 lebih per kilogram.

Dengan harga jual sebesar itu, kata dia, maka untuk setiap hektare lahan tanaman padi bisa menghasilkan pemasukan hingga Rp20 juta lebih dengan produktivitas berkisar 7-8 ton gabah kering panen.

Penjualan gabah yang mencapai Rp20 juta lebih per hektarenya, kata dia, bisa digunakan untuk membayar biaya sewa lahan yang mencapai Rp18 juta per tahunnya.

Biaya pengolahan lahan, tanam hingga panen, kata dia, berkisar Rp6 juta untuk setiap hektarenya pada musim tanam pertama, sedangkan saat musim tanam kedua biayanya bisa lebih mahal, karena menyangkut antisipasi serangan hama yang lebih banyak dibandingkan dengan MT pertama.

Hasil panen tanaman padi pada MT kedua, kata dia, biasanya juga turun karena berkisar 5-6 ton per hektarenya.

“Jika dikalkulasi per bulannya, maka penghasilan petani setelah dikurangi biaya produksi dan sewa lahan hanya sekitar Rp2 jutaan,” ujarnya.

Dengan demikian, kata dia, ketika harga jual gabah kurang dari Rp5.000/kg, maka penghasilan petani tentu kurang dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kudus yang mendekati angka Rp2 juta per bulannya.

Bagi petani yang memiliki lahan sendiri, kata dia, memang masih bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar, namun setiap tahun produksinya tidak bisa konstan, karena disesuaikan dengan faktor cuaca serta serangan hama.

Terkait respons masyarakat dengan harga jual beras di pasaran yang mencapai Rp12.000/kg, kata dia, tidak banyak yang mengeluhkan, karena masyarakat masih bisa menjangkau.

Akrab, petani lainnya, berharap, harga jual gabah yang mencapai angka Rp5.000/kg bisa berlangsung stabil.

Pasalnya, kata dia, harga jual sebesar itu cukup menguntungkan petani, meskipun belum tergolong besar karena masih harus mempertimbangkan biaya produksi serta sewa lahan.

Adanya modernisasi alat pertanian, katanya, juga menekan biaya produksi petani karena ongkos untuk pengolahan lahan maupun saat panen jauh lebih murah ketimbang menggunakan cara manual.

Kehadiran mesin pemanen tanaman padi atau combine harvester, traktor tangan, maupun mesin traktor, serta mesin penanam padi (rice transpalnater) membantu usaha petani.

Bahkan, harga gabah yang dipanen menggunakan mesin “combine harvester” dihargai lebih mahal dibandingkan ketika dipanen secara manual menggunakan tenaga manusia.

 

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: