TOPSHOT - An aerial view shows the earthquake and tsunami devasted neighbourhood in Palu, Indonesia's Central Sulawesi on October 1, 2018. - The death toll from the Indonesian quake-tsunami nearly doubled to 832 but was expected to rise further after a disaster that has left the island of Sulawesi reeling. (Photo by JEWEL SAMAD / AFP)

Sigi, Aktual.com – Para petani di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, hingga kini masih takut untuk beraktivitas di kebun atau sawah masing-masing karena gempa susulan masih saja mengguncang daerah itu.

Mathen, seorang petani di Desa Sejahtera, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, mengemukakan di Palu, Jumat (11/10), ia dan teman-temannya belum berani pergi ke kebun sebab gempa masih sering terjadi meski skalanya tidak besar.

“Saya dan keluarga memilih untuk tinggal sementara di lokasi pengungsian,” kata ayah empat anak itu.

Dia mengatakan belum mau mengolah sawah dan juga kebun kakao, sebab masih trauma berat, apalagi rumah mereka sudah rusak berat akibat gempa pada 28 September 2018 itu.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka hanya bergantung dari bantuan yang dikirim ke lokasi-lokasi pengungsian.

“Yang penting masih bisa makan,” kata dia.

Hal senada disampaikan Roni, seorang petani di Desa Gunung Potong, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi.

Warga masih trauma dengan gempa 7,4 SR yang menewaskan sekitar 200 jiwa di 12 kecamatan di kabupaten itu.

Wilayah Palolo dan Nokilalaki merupakan sentra produksi beras terbesar di Kabupaten Sigi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu, dan juga dipasarkan ke Kota Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng.

Selain sentra produksi beras, dua kecamatan di Kabupaten Sigi itu juga merupakan daerah penghasil komoditi perkebunan yakni kopi dan kakao.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan