Jakarta, Aktual.com — Petani bawang merah di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, mengaku keberatan jika pemerintah akan melakukan impor komoditas tersebut, sebab memicu harga komoditas itu jatuh dan merugikan petani.
Akat, salah seorang petani bawang merah asal Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Minggu mengatakan harga bawang merah saat ini relatif stabil, yaitu Rp14 sampai Rp15 ribu per kilogram. Jika pemerintah impor, dipastikan harganya bisa turun.
“Harganya sempat Rp9 ribu per kilogram, tapi saat ini relatif lebih stabil sampai Rp15 ribu per kilogram. Jika pemerintah impor, ini ancaman besar, bagaimana nasib petani ke depan,” kata Akat di Nganjuk (21/6).
Ia mengatakan, pemerintah cenderung hanya menghitung dengan angka saja, tapi jarang memerhatikan petani. Jika harga pasar cenderung tinggi, dengan cepat akan diambil kebijakan untuk impor dengan dalih menekan harga.
“Namun, pemerintah tidak memerhatikan investasi petani. Ini kasihan petani,” ujarnya.
Ia mengatakan, biaya produksi untuk menanam bawang merah sangat mahal. Untuk satu hektare lahan, menghabiskan biaya produksi sampai Rp102 juta. Selain untuk keperluan membeli bibit, juga untuk pupuk, sewa lahan, serta biaya pekerja.
Ia mengatakan, di Kabupaten Nganjuk biaya sewa lahan saat ini mencapai Rp50 juta per hektare. Sementara, itu, harga bibit dengan berbagai macam varietas saat ini mencapai Rp23 ribu per kilogram.
Dengan kondisi harga jual bawang merah sebesar Rp15 ribu per kilogram, Akat mengatakan untung yang didapat petani sebenarnya tidak terlalu besar. Namun, mereka tetap bertahan untuk menanam bawang merah, sebab struktur tanahnya cocok.
Dalam setahun, kata dia, petani bisa menanam bawang merah sampai dua kali. Setiap hektare, untuk produksi normal bisa mencapai 20 ton bawang merah, namun jika kondisi cuaca tidak mendukung produksinya turun hanya sekitar 12 ton per hektare.
Ia mengatakan, pemerintah memang harus terlibat untuk komoditas ini, dengan harapan lebih memerhatikan kebijakan. Diharapkan, pemerintah tidak langsung melakukan impor saat harga bawang merah naik drastis, sebab hal itu tidak akan terlalu lama.
Tentang adanya wacana keterlibatan Bulog untuk mengurus komoditas bawang merah ini, Akat mengatakan tidak masalah. Ia dengan petani lainnya berharap, adanya kebijakan yang lebih memerhatikan nasib petani dan bukan hanya segelintir orang.
Ia juga mengatakan, harga bawang merah memang diserahkan ke pasar. Sebelum puasa, harganya memang sempat tinggi sampai lebih dari Rp30 ribu per kilogram, namun itu tidak lama. Adanya kenaikan itu lebih disebabkan produksi turun akibat banjir di Jawa Tengah.
Lebih lanjut, ia mengatakan produksi bawang merah bukan hanya di Jawa Tengah, melainkan di Kabupaten Nganjuk. Daerah ini merupakan salah satu daerah penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur.
Artikel ini ditulis oleh: