Semarang, Aktual.com – Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen TNI Gautama Wiranegara anggap Anggota Densus 88 sudah bertindak sesuai prosedur dalam kasus tewasnya terduga teroris Siyono.
Menurut versi dia, insiden tewasnya Siyono terjadi akibat korban lakukan perlawanan, yang memaksa petugas melakukan tindakan. “Memang Siyono dalam perkelahian kalah. Coba kalau yang mati petugas, tentu tidak seramai ini,” anggap dia di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/4).
Gautama merujuk pada hasil pemeriksaan forensik atas jenazah Siyono. Menunjukkan Siyono tewas bukan akibat tembakan, melainkan pemukulan yang berlangsung dalam mobil. Petugas dianggapnya sudah memperlakukan Siyono secara manusiawi, bukan kekerasan benda maupun lainnya, melainkan bentuk pembelaan petugas saja.
12 Kejanggalan di Kematian Siyono
Tapi, pendapat berbeda sebelumnya sudah pernah dilontarkan Pengurus Pusat Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya. Menurut dia, kematian Siyono menimbulkan banyak pertanyaan. Ada 12 Kejanggalan menurut pengamat terorisme ini yang tidak bisa dijawab Densus 88 dan pihak Polri.
Kejanggalan itu antara lain,jika penjemputan secara halus dilakukan, Densus 88 tentunya mengetahui bahwa Siyono bukan orang berbahaya dan biasanya dianggap seperti informan.
“Jika dikatakan Siyono itu melawan, bagaimana? semua orang juga tahu bagaimana kerja Densus, tidak ada ceritanya ada terduga dapat lolos dari kawalan setelah ditangkap dengan cara kasar, dan biasanya terduga langsung diborgol serta dilakban mukanya,” kata dia, dalam sebuah diskusi di Bekasi, 9 April lalu.
Sambung dia, “Kalau boleh saya ungkap, Senin nanti (11/4) hasil autopsi yang dilakukan oleh para dokter dari rumah sakit Muhammadiyah akan diumumkan. Salah satunya semua tubuhnya itu remuk, itu artinya ada penyiksaan terhadap Siyono.”
Artikel ini ditulis oleh: