Semarang, Aktual.co — Pewaris generasi kelima kuliner lumpia Semarang, Cik Me Me menyesalkan pernyataan Menteri Malaysia Datuk Seri Mohamed Nazri yang menyatakan Indonesia harus ‘tutup mulut’ terkait protes klaim lumpia di kantor Kedubes Malaysia di Jakarta beberapa waktu lalu.

“Jadi tidak ada seorang pun yang memiliki otoritas dan kewenangan memaksa saya untuk tutup mulut seperti yang disampaikan Menteri Malaysia itu,” tegas Cik Me Me, kepada Aktual.co, di Semarang, Sabtu (7/3).

Diberitakan sebelumnya, kuliner berbahan (rebung) tunas bambu muda itu pertama kali muncul saat aksi protes di Kedubes Malaysia beberapa waktu lalu. Informasi tersebut didapatkan dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI), bahwa kuliner khas Kota Semarang diklaim milik ‘Negeri Jiran’.

Dengan demikian, dirinya tergerak melakukan aksi bersama Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (Formasbudi) pada 20 Februari lalu. Itu dilakukan sebagai wujud kebebasan warga negara menyampaikan pendapat yang dijamin Undang-Undang di negara demokrasi.

“Ini menjadi bagian tanggung jawab pewaris Lunpia Semarang. Kami hanya ingin suarakan bahwa Lumpia Semarang sebagai warisan budaya leluhur kami, ” tegas dia.

Menurutnya, aksi damai yang dilakukannya tersebut tidak ada hubungannya dengan segala kebijakan pemerintah Indonesia. Protes soal klaim Lunpia adalah wujud tanggung jawabnya sebagai generasi penerus kelima Lunpia Semarang.

Lunpia pertama kali ditemukan pada tahun 1870 oleh pasangan Tjoa Thay Joe dan Mbok Wasi yang merupakan Engkong Buyut Cik Me Me.

Silsilah penerus Lumpia Semarang ini semakin jelas, bahwa Cik Me Me juga merupakan generasi penerus ketiga dari Lunpia Mataram dari ayahnya yakni, Maestro Chief Tan Yok Tjay.

Menanggapi pernyataan serupa Duta Kuliner Malaysia Datuk Redzuawan Ismail yang menganggap aksi protes itu bertujuan mencari pertengkaran, Chief Lunpia Delight itu menampikanya.

Protes di Kedubes Malaysia itu justru didasari pemikiran antisipasi agar Lunpia Semarang tidak diklaim oleh negara mana pun termasuk Malaysia.

“Jika pertanyaannya kenapa yang dituju Kedubes Malaysia, maka perlu kiranya Malaysia bercermin sudah berapa jumlah karya seni dan warisan budaya Indonesia yang sepihak diklaim Malaysia. Sebagai seorang sahabat kami hanya mengingatkan, ” jelasnya.

Artikel ini ditulis oleh: