Petugas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) melakukan pengecekan stasiun gas yang terpasang di sebuah perusahaan di Kawasan Industri Wijayakusuma Semarang, Jawa Tengah, Selasa (28/6). Saat ini PGN telah menyalurkan gas bumi ke lebih dari 116.400 pelanggan rumah tangga, 1.879 usaha kecil dan komersial serta 1.576 industri berskala besar dan pembangkit listrik. ANTARA FOTO/R. Rekotomo/foc/16. *** Local Caption ***

Jakarta, Aktual.com –  PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) menargetkan penyaluran gas bumi mencapai 1.902 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada 2019. Pemanfaatan gas sebanyak 1.902 MMSCFD tersebut akan menciptakan penghematan bagi pelanggan sebesar Rp110,9 triliun per tahun.

“Kami akan terus membangun pipa, sehingga lebih banyak lagi masyarakat yang menikmati manfaat gas bumi,” ujar Sekretaris Perusahaan PGN Heri Yusup dalam rilis di Jakarta, Rabu (28/9).

Sepanjang 2015, lanjutnya, penyaluran gas PGN mencapai 1.586 MMSCFD dengan nilai penghematan Rp88 triliun ke pelanggan. Penyaluran gas 1.902 MMSCFD itu dengan total panjang pipa 8.656 km.

“Saat ini pipa gas yang kami bangun dengan biaya sendiri tanpa mengandalkan APBN mencapai lebih dari 7.100 km,” tuturnya.

Dengan demikian, lanjutnya, PGN akan menambah panjang pipa gas sepanjang 1.685 km dalam periode 2016-2019.

Menurut dia, infrastruktur pipa gas sepanjang 1.685 km tersebut di antaranya pipa transmisi akses bersama (open access) Duri-Dumai-Medan, pipa transmisi “open access” di Semarang, dan pipa distribusi gas.

“PGN juga diberi mandat pemerintah membangun pipa distribusi Batam (Nagoya) WNTS-Pemping. Proyek ini juga dibiayai PGN sendiri tanpa APBN,” ujarnya.

Selain pipa gas, PGN juga akan menambah 60 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Batam, Lampung, Riau, dan Sumatera Utara.

PGN juga berencana membangun sistem transportasi gas alam cair skala kecil (mini LNG system) untuk Indonesia bagian tengah dan timur.

Heri menambahkan, penurunan harga minyak saat ini menjadi momentum menggenjot pembangunan infrastruktur. Sebab, saat harga minyak turun, maka harga material seperti pipa gas juga akan turun.

“Situasi yang terjadi di hulu migas yang melambat ini memberi waktu untuk persiapan di hilir meningkatkan infrastruktur,” imbuh Heri.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka