Jakarta, Aktual.co — Pengamat Psikolog Politik Universitas Indonesia, Dewi Haroen memuji pidato yang disampaikan Presiden Jokowi masa pembukaan sidang Konfrensi Asia Afrika (KAA) beberapa hari lalu.
Namun, dirinya mengingatkan agar apa yang disampaikan presiden harus dapat diimplementasikan dalam kebijakan pemerintah. Sehingga, pidato yang mengkritik sikap internasional itu tidak dianggap hanya sebagai sebuah ‘lips service’.
“Sebetulnya, kita tidak bisa sekedar tutup mata dan mengkritik, karena memang mereka pegang peranan itu, mengkritik tetapi akibatnya harus dipikirkan juga. Karena kita masih ketergantungan dengan dunia internasional,” kata Dewi saat dihubungi, di Jakarta, Jumat (24/4).
“Ini seperti hanya gong gong saja, tetapi ketika tuannya ngomong diam aja, itu nanti yang ditangkap rakyat,” tambahnya.
Presiden juga diingatkan untuk tidak bergaya lagi seperti ketika dirinya berkampanye pada Pilpres 2014 lalu. Pada KAA ini seharusnya mantan Gubernur DKI Jakarta itu menunjukan realisasi dari Trisakti dan Nawa Cita kepada dunia internasional, termasuk peserta konferensi.
“Saya khawatir ini hanya pencitraan lagi untuk Indonesia, sudah cukup kampanyenya. Sekarang itu realisasinya yang ditunggu oleh rakyat. KAA ini seperti pencitraan beliau di internasional, tetapi buktinya sampai saat ini hukman mati belum dilaksanakan juga,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang

















