Seperti diketahui, lanjut Hanik, Merapi dikenal sebagai gunung api dengan suhu yang tinggi dan memiliki lava yang encer sehingga pada saat keluar masih disertai dengan gas yang sangat panas.
Meskipun demikian, BPPTKG menyebutkan, proses erupsi magmatis tidak harus selalu dimaknai sama seperti erupsi besar yang terjadi pada 2010.
Erupsi yang terjadi pada 2006 juga masuk dalam kategori sebagai erupsi magmatis, begitu pula dengan erupsi yang terjadi sebelumnya atau pada 2002. “Erupsi magmatis juga terjadi di Gunung Kelud pada 2007 dengan munculnya kubah lava,” katanya.
Oleh karena itu, Hanik berharap agar masyarakat tetap tenang dan selalu mencari informasi dari sumber yang bisa dipercaya.
Gunung Merapi yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah kembali mengalami letusan pada Kamis (24/5) pukul 02.56 WIB dengan durasi empat menit dengan tinggi kolom letusan mencapai 6.000 meter.
“Letusan kali ini memiliki amplitudo letusan yang hampir sama seperti letusan freatik yang terjadi pada 11 Mei meskipun durasinya lebih pendek,” katanya.
Akibat dari letusan terakhir itu, sejumlah wilayah mengalami hujan pasir dan abu di antaranya Desa Tegalrandu, Sumber, Dukun, Ngadirojo, Banyubiru, Muntilan, Mungkid, Menayu, Kalibening dan Salaman.