FGD tersebut selain pihak Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan tokoh masyarakat Sembalun, pertemuan itu juga dihadiri oleh anak penderita malnutrisi beserta para orang tuanya.
“Saya sempat kaget, ketika kebanyakan orang tua yang memiliki anak penderita malnutrisi mengaku tidak tahu bentuk makanan bergizi itu seperti apa. Di sana saya baru sadar, selain kondisi ekonomi, pengetahuan masyarakat akan pentingnya pemenuhan makanan bergizi masih minim,” katanya.
Bahkan yang membuat lebih terenyuh, kata Ade, adalah ketika mereka dihadapi keterbatasan pascabencana gempa. Ketika para orang tua terpaksa memberikan makan anaknya hanya dengan nasi.
Itu pun harus dikunyah terlebih dahulu oleh para orang tua sebelum dimakan oleh anaknya, katanya. “Saya tidak tega mendengarnya, sampai mereka tidak tahu bahwa ketika makanan telah dikunyah maka nutrisi akan berkurang. Anak-anak mereka pun jadi tidak menyerap nutrisi secara sempurna,” kata Ade.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara