“Inilah menjadi tanggung jawab kita semua. Saya sering sampaikan bahwa kalau kita harus dibandingkan jaman dulu sebelum merdeka, tentu dalam konteks kekinian kita sudah lebih lebih pintar secara kualitatif dan kuantitatif.  Malah sebenarnya secara kuantitatif kita sudah maju seklai tapi secara kompetitif dengan negara-negara lain, kita cukup tertinggal. Ini yang yang harus kita selesaikan,” katanya.
Pimpinan MPR, lanjut Mahyudin berharap hasil diskusi ini bisa menghasilkan sebuah karya, sebuah pemikiran, gagasan untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional Indonesia.
“Saya menemui di lapangan masih banyak daerah-daerah itu yang fasilitas pendidikannya tidak memadai. Masih banyak anak-anak didik karena kemiskinan keluarganya sama sekali tidak emiliki fasilitas atau tidak bisa mengakses fasilitas pendidikan yang bauk dan memadai.  Misalnya, tidak memiliki buku, tas, sepatu dan lainnya,”
“Belum lagi soal Ujian Nasional (UN). Masalah disparitas kesenjangan fasilitas antara jawa dan luar Jawa juga soal standarisasi mutu pendidikan nasional mesti dikaji dan dipikirkan kembali, dan semua itu terkait dengan anggaran pendidikan nasional 20 persen yang lebih banyak terserap untuk gaji guru bukan untuk fasilitas pendidikan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Mahyudin berharap agar gelar acara tersebut, bisa menjadi inspirasi dan mendorong gagasan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, sekaligus mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang beriman berkemajuan berkeadaban unggul dan mandiri serta berdaya saing baik dalam kancah nasional, regional bahkan sampai internasional. [Adv]

Artikel ini ditulis oleh: