Damaskus, aktual.com – Pemimpin pemberontak Ahmed Hussein al-Shar’a alias Abu Mohammed Al Julani yang kini berkuasa di Suriah memastikan kalau pemerintah Suriah harus fokus terhadap perdamaian. Alasannya, Suriah sudah lelah dengan konflik yang terjadi selama bertahun-tahun.
”Rakyat sudah lelah karena perang. Jadi negara ini belum siap untuk perang lagi dan tidak akan terlibat perang lagi,” kata pemimpin organisasi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dulu dikenal sebagai Jabhat Al Nusra seperti dikutip dari News Arabiya, Rabu (11/12).
Al Julani juga berjanji akan terus bekerja dengan tekad untuk mencapai tujuan revolusinya. ”Kami bertekad untuk menyelesaikan jalan yang telah kami mulai pada tahun 2011 lalu. Terutama dalam mengedepankan hak-hak warga Suriah. Suriah akan dibangun kembali. Negara ini bergerak menuju pembangunan dan rekonstruksi. Negara ini akan menuju stabilitas. Kami juga tidak akan berhenti berjuang sampai semua hak rakyat Suriah yang hebat terjamin. Masa depan adalah milik kami dan kami sedang bergerak menuju kemenangan,” tuturnya.
Secara terpisah, Perdana Menteri transisi Suriah Mohammed al-Bashir mengatakan, sudah waktunya untuk mencapai ”stabilitas dan ketenangan” di Suriah. Untuk diketahui, Mohammad al-Bashir ditunjuk pemberontak sebagai kepala pemerintahan transisi hingga 1 Maret 2025.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menghimbau semua negara untuk mendukung proses politik yang inklusif di Suriah. Ia mengatakan AS pada akhirnya akan mengakui sebuah pemerintahan jika memenuhi standar-standar tersebut.
Umat Kristen Suriah Terancam
Mantan pejabat Perwakilan Khusus Uni Eropa untuk Proses Perdamaian Timur Tengah yang juga
mantan Duta Besar Jerman untuk Tunisia Andreas Reinicke menilai organisasi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) betapa pun tetap berakar pada ideologi Islam garis keras seperti Al-Qaeda. Karena itu, masa depan kelompok minoritas Kristen Ortodoks dan Kurdi di Suriah berpotensi terancam. Saat ini, sekitar 20 ribu umat Kristen masih menghuni Aleppo, dan puluhan ribu lainnya telah mengungsi dalam beberapa tahun terakhir.
Sedangkan analis Timur Tengah yang juga bertugas di Badan Penelitian Pertahanan Swedia (FOI) Aron Lund menilai semakin sedikit kepanikan yang terjadi di tingkat lokal dan internasional, maka semakin terlihat kalau Al-Julani menjadi aktor yang bertanggung jawab dibandingkan sebagai ekstremis jihad yang beracun. ”Jadi semakin mudah tugas dia. Namun apakah dia benar-benar tulus? Tentu saja tidak,” tandas Lund.
Stasiun BBC sendiri menilai HTS saat ini menerapkan strategi ’jihad moderat’ yang lebih pragmatis dibandingkan ideologi ketat. Pendekatan Al-Julani menunjukkan bahwa gerakan jihadis kaku seperti ISIS dan Al-Qaeda mulai kehilangan pengaruhnya karena metode yang dianggap tidak efektif dan tidak berkelanjutan.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain