Jakarta, Aktual.com — Dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi XI dengan Bank BUMN penerima pinjaman China Development Bank (CDB), terdapat beberapa nama-nama debitur yang diduga didesain oleh pihak tertentu. Pasalnya, nama debitur tersebut lebih kepada sektor migas/pertambangan, perkebunan, atau properti.
“Pinjaman CDB ini mendorong bank-bank BUMN memperlakukan bisnisnya semakin jauh dari amanat konstitusi. Mereka cenderung hanya menyediakan pembiayaan bagi sektor bisnis besar saja,” ujar Analis Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Dani Setiawan kepada Aktual di Jakarta, Selasa (15/3).
Menurutnya, kredit yang dibuat secara komersial sudah bisa dipastikan bahwa kebijakan penyaluran kredit bank BUMN tersebut akan mempertimbangkan aspek-aspek komersial.
“Artinya, kucuran pinjaman CDB hanya akan dinikmati oleh proyek-proyek atau perusahaan yang berorientasi profit,” jelasnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, akan sulit mengandalkan bank ini untuk menyalurkan kredit kepada sektor usaha kecil menengah atau koperasi dengan suku bunga yang murah. Pasalnya, pihak bank akan memperhitungkan tingkat pembayaran kembali utangya kepada kreditor China.
“Letak keasalahannya adalah pada pembuatan utang itu sendiri sejak awal, mendorong bank BUMN semakin jauh dari amanat konstitusi,” pungkasnya.
Untuk diketahui, dari beberapa nama perusahaan yang mendapat kredit dana utangan dari China, ternyata terdapat nama-nama perusahaan milik Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Arifin Panigoro.
Bahkan ada satu perusahaan yang entah milik siapa tapi mendapat kucuran pinjaman dari bank BUMN, yakni PT Indah Kiat. Bahkan perusahaan ini bergerak di sektor pulp and paper yang sepertinya jauh dari konteks pembangunan infrastruktur.
“Cuma kami tidak bisa tanya ke mereka (direksi bank BUMN). Karena mereka itu hanya pelaksana. Yang dibelakangnya itu pemerintah, bisa jadi Menteri BUMN,” tukas anggota Komisi XI DPR, Heri Gunawan.
PT Indah Kiat memang mendapat kucuran kredit dari BRI sebanyak USD175 juta, dari Mandiri sebesar USD50 juta. Belakangan diketahui, PT Indah Kiat merupakan salah anak perusahaan Sinarmas Group yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode INKP.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi kertas yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1981. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam kertas.
Kemudian perusahaan milik JK dan Arifin juga ada di daftar tersebut. Perusahaan PT Bosowa Energi mendapat kredit dari BRI sebanyak USD143 juta. Dan dari bank yang sama ada PT Semen Bosowa yang diberi pinjaman USD55,7 miliar.
Sementara perusahaan milik Arifin ada PT Medco E&P Tomori Sulawesi yang dikucuri Mandiri sebanyak USD50 juta. Dan juga ada PT Medco Energi International Tbk juga dapat kredit dari Mandiri sebanyak USD245 juta.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka