Jakarta, Aktual.co — Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang di Merapi Timur, Lahat, Sumatera Selatan dengan kapasitas 230 mega watt diperkirakan mulai beroperasi pada akhir Mei 2015 karena sedang memasuki proses verifikasi proyek.

Direktur Utama Dadan Kuswandana di Palembang, Senin (16/3), mengatakan kemungkinan besar otoritas yang ditunjuk pemerintah yakni anak perusahaan PT PLN, Jasa Sertifikasi akan merilis hasil verifikasinya pada akhir April.

“Proyek sudah rampung hampir 99 persen, saat ini tinggal tahapan komisioning (verifikasi proyek, red) jika sudah selesai maka PLTU siap beroperasi,” kata Dadan seusai menghadiri acara penandatangan nota kesepahaman (Mou) antara perusahaannya dan Kejaksaan Tinggi Sumsel terkait bantuan hukum perdata dan tata usaha negara.

Ia mengemukakan, nantinya energi yang dihasilkan dari dua pembangkit berkapasitas 115 MW ini akan dikirim ke Jawa melalui jaringan interkoneksi antara Sumatera dan Jawa. “Negara terus mendorong pihak swasta mau menggeluti bisnis di pembangkit listrik karena untuk memenuhi kebutuhan di seluruh Indonesia, hingga saat ini PLN belum mampu,” ujar dia.

Ia menambahkan, energi yang dihasilkan ini harus dikirimkan ke luar Sumatera Selatan karena daerah asal dalam keadaan surplus atau menjadi tumpuan energi provinsi lain di Indonesia. “Tidak mudah untuk merealisasikan proyek ini, banyak kendala yang dihadapi sejak mulai merintis di 2007. Proyek juga sempat terhenti, namun pada 2011 mulai kelihatan geraknya seiring dengan program MP3I yang diusung pemerintah,” ujar dia.

Terkait dengan kendala yang dihadapi dalam penyelesaian proyek ini, ia mengemukakan yakni finansial dan pembebasan lahan. “Setelah mendapatkan pemenang tender dari Tiongkok, justru pemenang ini terkendala biaya karena pengajuannya terlalu murah. Namun, setelah dibicarakan dengan pemerintah, akhirnya didapatkan titik temu nilai proyek yang baru pada 2011,” ujar dia.

Sementara, dari sisi pembebasan lahan seluas 40 hektare, pihaknya harus menghadapi masyarakat yang enggan lahannya dialiri jalur transmisi (untuk kali pertama, PT PLN tidak hanya membeli energi tapi juga meminta perusahaan swasta menyediakan jalur transmisi). Jalur transmisi proyek ini mencapai 25 kilometer dengan 78 tower.

Pemilik lahan berkeinginan seluruh miliknya dibeli, sementara aturan pemerintah mengatur hanya tanah yang dilewati jalur transmisi. “Ini tidak mudah, berbeda dengan Tiongkok yang menganut aturan bahwa tidak ada lahan milik warga. Jika negara menginginkan maka harus diserahkan,” kata dia.

Investasi 200 juta USD Sementara itu, Direktur PT BPI Sri Andini mengatakan perusahaannya telah menggelontorkan investasi sekitar 200 juta dolar Amerika Serikat untuk membangun PLTU ini dengan menggunakan teknologi dari Tiongkok.

Dana investasi ini diperoleh dalam bentuk pinjaman jangka panjang dengan BNI sebesar 70 persen, dan pemegang saham sebesar 30 persen. “Dari investasi yang ditanam ini, diperkirakan tahun ke-10 baru akan kembali dalam bentuk jual energi ke PT PLN, sementara kerja sama dengan PT PLN disepakati selama 30 tahun,” ujar dia.

Pemerintah mendorong kalangan swasta terlibat dalam penyediaan listrik bagi masyarakat yang hingga kini masih defisit sekitar 35 ribu MW.

PT BPI yang merupakan perusahaan konsorsium yang dimiliki oleh tiga perusahaan yakni PT Bukit Asam, PT PLN, dan PT Navigate Innovate Indonesia. Perusahaan ini mendapatkan asupan batu bara dari PT Bukit Asam, tenaga ahli untuk mengawal teknologi dari PT PLN, dan manajemen perusahaan dari PT NII.

Artikel ini ditulis oleh: