Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe

Jakarta, Aktual.com-Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe bakal menggelar pemilihan umum pada 22 Oktober seiring dengan meningkatnya dukungan terhadap Abe di tengah tensi dengan Korea Utara.

Menurut sumber terpercaya, kini Abe tengah berupaya mengambil kesempatan dari pulihnya tingkat dukungan terhadap dirinya serta menghambat tantangan yang digalang partai oposisi baru melalui pemilu yang digelar lebih cepat ini.

Seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (23/9), meningkatnya ketegangan Jepang dengan Korea Utara telah membantu memulihkan jumlah suara pemilih yang sebelumnya merosot akibat isu skandal, sekaligus dapat membantu Abe mempertahankan mayoritas dua pertiga kursi koalisinya di parlemen.

Media domestik melaporkan jika kampanye partai berkuasa, Partai Demokratik Liberal (LDP), berfokus pada komitmen untuk meningkatkan belanja pendidikan dengan menunda target untuk menahan defisit anggaran, serta rencana yang lebih terarah untuk merevisi konstitusi pasifis.

Saat partai oposisi utama di parlemen, Partai Demokratik, terpecah, Abe menghadapi tantangan dari partai nasional baru yang dibentuk Gubernur Tokyo, Yuriko Koike. Gubernur wanita pertama Tokyo tersebut membelot dari LDP, kemudian ikut serta dalam pemilu pada Juli untuk majelis metropolitan Tokyo.

Abe sendiri telah menduduki posisi perdana menteri selama hampir enam tahun. Masa kepemimpinannya sempat terpotong satu dekade lalu dan kembali berkuasa pada tahun 2012.

Apabila terpilih kembali sebagai pemimpin partai tahun depan, Abe dapat terus memimpin hingga tahun 2021 yang akan menjadikannya sebagai perdana menteri dengan masa kepemimpinan terpanjang dalam sejarah negara itu.

Sebelumnya Abe diduga melakukan intervensi atas nama pemerintah dalam hal dibukanya sekolah kedokteran hewan yang notabene dimiliki oleh salah satu teman dekatnya, Kotaro Kake. Meski demikian, Abe telah menolak dugaan kronisme ini.

Pada sebuah jajak pendapat sebuah surat kabar Mainichi pada Juli, dukungan untuk kabinet Abe merosot menjadi 26%, posisi terendah sejak dia menjabat sebagai Perdana Menteri pada tahun 2012.

Kendati demikian, dukungan untuknya kian pulih di tengah meningkatnya ancaman uji coba rudal dan nuklir Korea Utara yang memanaskan ketegangan di Semenanjung Korea. Sementara itu, partai oposisi utama, Partai Demokratik, tampaknya memiliki pemasalahan dengan pengunduran diri beberapa anggotanya.

“Partai Demokratik berada dalam kondisi buruk, jadi tidak ada oposisi terhadap Abe. Krisis seperti di Semenanjung Korea umumnya baik untuk para pemain lama. Anda bisa terlihat seperti yang bertanggung jawab,” ujar Robert Dujarric, direktur Institute of Contemporary Asian Studies di Temple University.

Artikel ini ditulis oleh:

Bawaan Situs