Tangkapan layar dari sebuah video menunjukkan Mark Carney tiba di konferensi pers setelah upacara pelantikan di Ottawa, Kanada, pada 14 Maret 2025. ANTARA/Mick Gzowski/Xinhua.

Jakarta, aktual.com – Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, menyatakan bahwa pemerintahnya merasa “kecewa” atas keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menaikkan tarif terhadap barang-barang Kanada menjadi 35 persen.

Langkah ini muncul setelah sebelumnya Trump memperingatkan akan adanya dampak perdagangan bagi Kanada usai pengumuman Carney yang berencana mengakui Negara Palestina dalam Sidang Umum PBB pada September mendatang.

Menurut laporan AFP pada Jumat (1/8), keputusan kenaikan tarif tersebut tertuang dalam perintah eksekutif, yang menaikkan tarif dari sebelumnya 25 persen menjadi 35 persen.

Meski demikian, sebagian besar produk yang termasuk dalam cakupan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada 2020 (CUSMA) tetap dikecualikan dari bea tambahan tersebut.

“Pemerintah Kanada kecewa dengan tindakan ini,” kata Carney dalam sebuah pernyataan.

Dalam dokumen perintah eksekutif tersebut, AS menyinggung ketidakmampuan Kanada untuk “bekerja sama dalam mengendalikan banjir fentanil dan obat-obatan terlarang lainnya yang terus berlanjut” serta menyebut reaksi Kanada sebagai “balasan” terhadap kebijakan Trump.

Menanggapi itu, Carney menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya dalam pemberantasan peredaran fentanil dan peningkatan pengamanan perbatasan.

“Kanada hanya menyumbang satu persen dari impor fentanil AS dan telah bekerja secara intensif untuk mengurangi volume ini lebih lanjut,” kata Carney.

Ia juga menegaskan bahwa Ottawa masih memegang teguh komitmennya terhadap CUSMA.

“Penerapan CUSMA oleh AS berarti bahwa tarif rata-rata AS untuk barang-barang Kanada tetap menjadi salah satu yang terendah untuk semua mitra dagangnya,” katanya.

Namun Carney menggarisbawahi bahwa sejumlah sektor ekonomi Kanada tetap terkena dampak serius.

“Sektor-sektor lain dari ekonomi kita – termasuk kayu, baja, aluminium, dan otomotif -, bagaimanapun, sangat terdampak oleh bea dan tarif AS,” cetusnya.

Adapun mengenai pengakuan terhadap Palestina, Carney telah menyampaikan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari upaya diplomatik Kanada dalam mendorong solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, terlebih di tengah memburuknya kondisi kemanusiaan di Gaza.

“Kanada bermaksud untuk mengakui Negara Palestina pada Sidang ke-80 Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September 2025,” kata Carney, dilansir kantor berita AFP.

Dengan demikian, Kanada menjadi negara ketiga dari G7 yang akan mengakui Palestina, menyusul pengumuman serupa dari Prancis dan Inggris.

Carney menyebut bahwa komitmen tersebut diambil karena keyakinan bahwa harapan akan solusi dua negara semakin “terkikis di depan mata kita.”

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain