Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati pada Minggu (10/11/2024) menyatakan saat ini ada peluang untuk memastikan bahwa hanya negara yang memiliki senjata sesuai Resolusi 1701 DK PBB di tengah pertempuran terus berlanjut di Lebanon selatan antara kelompok Hizbullah dan pasukan Israel. /ANTARA/Anadolu/py

Beirut, Aktual.com – Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati pada Minggu (10/11) menyatakan saat ini ada peluang untuk memastikan bahwa hanya negara yang memiliki senjata sesuai Resolusi 1701 DK PBB di tengah pertempuran terus berlanjut di Lebanon selatan antara kelompok Hizbullah dan pasukan Israel.

Mikati berbicara dalam pertemuan dengan anggota komunitas Lebanon di Kedutaan Besar Lebanon di Riyadh, Arab Saudi, menurut pernyataan dari Kantor Perdana Menteri.

Mikati hadir di Riyadh untuk menghadiri KTT luar biasa Arab-Islam di Arab Saudi pada Senin (11/11) waktu setempat guna membahas agresi Israel terhadap wilayah Palestina dan Lebanon.

Dalam pertemuan dengan komunitas Lebanon, Mikati mengatakan “pada saat ini masih ada peluang untuk membawa semua pihak kembali di bawah otoritas negara, dengan negara yang memegang keputusan pertama dan terakhir dalam segala hal.”

“Insya Allah, kita tidak akan melewatkan kesempatan ini dan akan bekerja bersama dalam persatuan untuk menyelamatkan Lebanon,” tambahnya.

Mikati juga mengungkapkan “harapan agar Lebanon dapat melewati masa sulit secepat mungkin, mencapai gencatan senjata (antara Hizbullah dan Israel) serta melaksanakan resolusi internasional, khususnya Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB.”

Juga sambil memperkuat kehadiran angkatan bersenjata di selatan dan memastikan bahwa tidak ada senjata kecuali yang dimiliki oleh otoritas yang sah.”

Resolusi 1701, yang diadopsi pada 11 Agustus 2006, menuntut penghentian penuh permusuhan antara Lebanon dan Israel serta pembentukan zona demiliterisasi antara Garis Biru, batas de facto antara Lebanon dan Israel, dan Sungai Litani.

Kondisi ini memungkinkan hanya tentara Lebanon dan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) yang memiliki senjata dan perlengkapan militer di area tersebut.

Serangan udara besar-besaran Israel di Lebanon berlangsung sejak akhir September dengan klaim menyasar posisi kelompok Hizbullah Lebanon.

Serangan itu memperburuk konflik lintas batas yang telah berlangsung sejak tahun lalu menyusul perang di Gaza.

Lebih dari 3.100 orang telah tewas dan lebih dari 13.800 terluka akibat serangan Israel sejak Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan Lebanon.

Israel melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober tahun ini.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan