Berlin, Aktual.com – Perdana Menteri Serbia Aleksandar Vucic menyatakan, negaranya tidak akan menggelar referendum untuk memutuskan masa depan keanggotaan negaranya di Uni Eropa (EU), yang diharapkan terlaksana pada 2020.

Referendum Inggris Raya pada 23 Juni telah memutuskan keluar dari blok tersebut.

Keputusan itu berdampak pada terguncangnya pasar keuangan dunia serta menjadikan banyak pihak khawatir atas prospek EU di masa depan.

Saat ditanya Koran Bild am Sonntag mengenai kabar bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tengah menggunakan pengaruhnya di Serbia untuk mendorong referendum keanggotaan EU dilangsungkan, Vucic berujar, “Saya tak mengetahui kabar tentang Putin, tetapi sejauh yang saya tahu, sejumlah partai di Serbia tampak menghendaki hal itu.” “Jawaban saya jelas, tidak akan ada referendum walaupun banyak prakarsa yang nantinya dibuat,” tambah Vucic.

Sejumlah partai kecil sayap kanan yang membangun hubungan erat dengan Kremlin sempat meminta referendum atas keanggotaan EU, meski nyatanya negara itu masih dalam tahap perundingan dengan blok tersebut.

Ia mengatakan sebelum pemilihan parlemen Serbia, tujuan pihaknya cukup jelas, yaitu menjadikan Serbia sebagai anggota EU.

“Kami memenangi suara mayoritas, dan sekarang kami akan melakukan apa pun demi mencapai tujuan tersebut. Jika kita nantinya meninggalkan jalan ini, Serbia akan berakhir dengan cara yang salah,” ungkapnya.

Vucic beserta sekutunya di Partai Progresif Serbia memenangi pemilihan pada 24 April dengan 48,24 persen suara.

Hasil itu mengamankan suara mayoritas 131 deputi pada 250 kursi di parlemen.

Ia menjelaskan begitu banyak ide “tak cerdas dan berbahaya” di Serbia, seraya menambahkan, jika ada krisis di negara itu, maka dampaknya akan mempengaruhi seluruh kawasan, seperti dikutip dari Reuters.com (3/7).

Bahkan, konflik lama berpotensi terbuka kembali, terangnya memperingatkan.

Vucic mengatakan ia cukup khawatir keadaan di negaranya dapat berbalik menentang keanggotaan EU.

PM itu berujar, “Keputusan semacam itu dalam proses perundingan keanggotaan EU turut mendorong tingginya sikap nasionalis negara ini, pasalnya, kami mampu menunjukkan pencapaian lebih baik dibanding negara lain dalam tahap sebelumnya.” Serbia tengah menjalani hubungan seimbang antara mitra Eropanya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Rusia, sekutu lama dalam hal agama, etnis, dan politik.

Artikel ini ditulis oleh: