Jakarta, Aktual.com – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut pertumbuhan realisasi baik yang berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Selama kuartal II-2017, realisasi investasi telah menyerap tenaga kerja sebanyak 345.323 orang di seluruh Indonesia. Diklaim BKPM, itu adalah tenaga kerja Indonesia bukan pekerja asing.
“Dari angka tersebut, sebanyak 104.255 orang berasal dari proyek PMDN dan sebanyak 241.068 orang dari proyek PMA,” ujar Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis di Jakarta, Rabu (26/7).
Dia menyebutkan, capaian realisasi penyerapan tenaga kerja ini merupakan tambahan tenaga kerja yang dapat ditampung oleh kegiatan investasi yang terealisasi pada periode Triwulan II-2017 itu.
“Selama kuartal II-2017, investasi dari PMDN sebesar Rp 61 triliun. Sedangkan untuk PMA-nya mencapai Rp109,9 triliun. Angka capaian serapan tenaga kerja yang positif ini dapat mendorong upaya pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja,” ujar dia.
Sementara jika dilihat secara keseluruhan di paruh pertama 2017, maka investasi dari PMDN dan PMA itu bisa menampung tenaga kerja 539.457 pekerja atau selama periode Januari – Juni 2017.
“Dengan rincian, dari proyek PMDN sebanyak 172.062 orang dan dari proyek PMA sebanyak 367.395 orang,” katanya.
Dalam catatan BKPM, realisasi investasi untuk PMDN & PMA berdasarkan lokasi penyerapan tenaga kerja di proyek (5 besar) adalah: DKI Jakarta dan Jawa Barat masing-masing Rp24,8 triliun atau 14,5%. Kemudian, Jawa Timur (Rp 21,3 triliun/12,5%); Banten (Rp11,5 triliun/6,7%) dan Sumatera Selatan (Rp10,6 triliun/6,2%).
Sementara itu, kata dia, dilihat dari realisasi investasinya (PMDN & PMA) berdasarkan sektor usaha (5 besar), sektor pertambangan masih yang favorit sebanyak Rp20,8 triliun atau 12,2%.
“Kemudian, sektor listrik, gas dan air (Rp19,0 triliun/11,1%); industri makanan (Rp18,9 triliun/11,1%), industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik (Rp 17,5 triliun/10,2%); dan industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi (Rp12,8 triliun/ 7,5%),” ujar dia.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan