Jakarta, aktual.com – Palang Merah Indonesia (PMI) bekerjasama dengan Lembaga Bantuan Kemanusiaan di Rafah, Gaza kembali mendistribusikan paket kebersihan dari tenda ke tenda seiring agresi militer Israel yang terus meningkat di wilayah pemukiman pengungsi.
Kepala Markas PMI Pusat, Arifin Muh Hadi, melalui keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (17/2) menuturkan bahwa paket kebersihan ini sangat diperlukan oleh pengungsi karena mereka kesulitan membeli peralatan paket kebersihan mandi, cuci dan kakus lantaran tidak mempunyai uang dan juga stok barang yang terbatas.
“Kami berharap dengan adanya paket kebersihan ini, para pengungsi tetap dapat menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya sehari-hari. Pendistribusian paket kebersihan ini adalah bagian dari upaya proteksi untuk memastikan setiap orang mendapatkan akses kebutuhan dan mendorong mereka untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.,” kata Arifin.
Arifin yang juga Ketua Tim PMI untuk Misi Kemanusiaan Gaza, menjelaskan bahwa pendistribusian paket kebersihan merupakan kali kedua, setelah Tim Kemanusiaan PMI sebelumnya juga mendistribusikan paket kebersihan serupa bagi para pasien dan keluarganya yang di rawat di Rumah Sakit Palestina di Kairo, Mesir beberapa waktu yang lalu.
“Walaupun situasinya sangat sulit, namun kami tetap berupaya agar bantuan kemanusiaan ini tetap terus dapat disalurkan,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Penanggulangan Bencana, Ridwan Sobri Carman menyatakan bantuan paket hygiene kits untuk keluarga dikemas dan didistribusikan dalam plastik yang berisikan tisu, handuk, sikat gigi, pasta gigi, sandal, sabun mandi, sabun cuci, sampo, dan lainnya.
“Pendistribusian hygiene kits untuk paket keluarga ini kami lakukan secara langsung bagi warga pengungsi di Rafah Gaza yang saat ini masih tinggal di tenda tenda pemukiman darurat,” jelasnya.
Meningkatnya serangan udara di Kamp Pengungsian di Rafah telah meningkatkan kekhawatiran yang selanjutnya akan sangat menghambat upaya kemanusiaan. Hampir 1,5 juta orang tinggal di Rafah, meningkat lebih dari enam kali lipat populasinya dibandingkan sebelum 7 Oktober.
Mengutip pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Martin Griffiths, operasi militer di Rafah dapat menyebabkan pembantaian di Gaza dan menempatkan operasi kemanusiaan yang rapuh di ambang kematian.
Skenario biadab dan tidak berperikemanusiaan tersebut kini telah berlangsung dengan gerakan dan kecepatan yang mengkhawatirkan. Lebih dari satu juta orang atau separuh penduduk Gaza berdesakan di Rafah menghadapi kematian,
“Mereka hanya punya sedikit makanan, hampir tidak ada akses terhadap perawatan medis, tidak ada tempat untuk tidur, tidak ada tempat yang aman untuk dituju,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain