Padang, Aktual.com – Kantor Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Padang, Sumatera Barat, menemukan kantong darah pendonor yang terkontaminasi virus HIV.
“Kantong darah yang terkontaminasi tersebut diketahui melalui proses screening yang dilakukan oleh petugas PMI,” kata Kepala UTD PMI Cabang Padang Wedyarman di Padang, Kamis (6/10).
Ia mengatakan pihaknya tidak berani memberitahukan berapa jumlah kantong darah yang ditemukan, hal itu dikarenakan untuk menjaga kerahasiaan.
“Kami tidak bisa memberitahu jumlahnya, karena bukan kewenangan kami untuk memberitahukan hal tersebut, tetapi yang ditemukan itu dipastikan ada,” ujar dia.
Ketika ditemukan dalam uji saring tersebut, kantong darah yang terkontaminasi virus HIV itu langsung dipisahkan dan dimusnahkan.
Ia mengatakan, ketika diketahui adanya kantong darah yang terkontaminasi HIV itu, pihaknya melakukan tindaklanjut dengan memberikan data tersebut ke rumah sakit dan pihak rumah sakit yang melakukan konseling terhadap penderita.
Ia menyebutkan bukan hanya HIV yang ditemukan tetapi juga penyakit menular berbahaya lainnya, seperti Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis dan lainnya.
Ia mengimbau kepada masyarakat untuk jangan melakukan donor darah secara sembarangan, jika tidak dilakukan pihak yang ahli dalam bidang tersebut.
Sebelumnya Kepala Dinkes Kota Padang Feri Mulyani melalui Kepala Seksi Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Evawestari Dinas Kesehatan Kota Padang menyatakan dari Januari hingga Agustus 2016 ditemukan sebanyak 156 kasus baru HIV positif di daerah itu.
Di bulan Januari ditemukan sebanyak 31 kasus HIV positif, selanjutnya pada Februari 12 kasus, Maret 25 kasus, April 28 kasus, Juni 22 kasus, Juli 6 kasus dan Agustus 4 kasus.
“Untuk Juli dan Agustus data kasus HIV positif tersebut belum sepenuhnya, karena menunggu laporan dari puskesmas dan rumah sakit” tambah dia.
Kemudian, tambahnya kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku hidup merupakan sebuah kunci utama penularan penyakit tersebut, jika masyarakat sadar maka jumlah penderita akan mengalami penurunan.
“Serta masyarakat mau secara sadar pula untuk memeriksakan diri,” lanjutnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid