Bogor, Aktual.com- Pemerintah tak mampu berbuat banyak untuk mempertahankan besaran angka dalam proyeksi APBN 2017 dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada sektor migas.
Selama ini kekayaan alam itu mampu berkontribusi hingga Rp 200 triliun, namun proyeksi untuk tahun 2017 hanya menyisakan keyakinan sebesar Rp 63.7 triliun dari total target PNBP Rp 250 triliun.
Menurut keterangan Dirjen Anggaran Pendapatan dan Belanja Kementerian Keuangan, Askolani, penurunan ini disebapkan dua faktor yakni; penurunan harga minyak dunia, serta kemampuan lifting nasional.
“Sebalumnya kontribusi PNBP migas pernah melebihi Rp 200 triliun, apalagi saat harga minyak USD80-90 per barel. Kalau sekarang harga minyak hanya USD 45-an maka signifikan menyebabkan kenapa PBNP secara keseluruhan tidak naik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata Askolani, Minggu (27/11).
Lebih lanjut secara paralel akibat rendahnya harga minyak, maka berimbas kepada kemampuan produksi dan temuan cadangan nasional. Bahkan Askolani menerima informasi bahwa pada tahun 2019, berkemungkinan lifting minyak, hanya mampu sebesar 600 ribu barel per hari.
Artinya struktur APBN tidak bisa diharapkan dari sektor PNBP yang hanya ditargetkan sebesar Rp 250 triliun dari kebutuhan belanja negara ribuan triliun. Saat ini pemerintah memaksimalkan tumpuan pendapatan melalui sektor pajak dan kepabeanan.
“Malah kami mendapat info dari Kementerian ESDM bahwa lifting minyak kita di 2019 yang sekarang dikisaran 750 ribu barel, bisa di bawah 600 ribu barel per hari di 2019. Artinya potensi penerimaan dari SDA migas ini bisa lebih kecil untuk jangka menengah. Ke depan yang tentunya menjadi andalan kita tetap semakin tinggi di sisi perpajakan,” tandasnya.
Laporan: Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid