Jakarta, Aktual.com — Sungguh Ironis memang, penentuan pengelolaan blok abadi Masela belum menemukan titik ujung, terbelahnya keinginan Kementrian ESDM dengan Kemenko Kemaritiman adalah wujud nyata bahwa sesungguhnya negara ini masih dipimpin oleh ego yang besar. Kementrian ESDM merencanakan pengelolaan secara ofshore dan Kemenko Kemaritiman menginginkan secara onshore.
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean meminta ketegasan Presiden Joko Widodo untuk turun tangan agar persoalan tidak semakin berlarut-larut.
“Negara seperti tidak punya pemimpin, hingga kabinet yang harusnya bekerja untuk negarapun berubah menjadi pejabat yang harus bekerja untuk sebuah kepentingan yang bukan kepentingan negara dan rakyat akan tetapi kepentingan pribadi dan kelompok,” tulis Ferdinand melalui pesan elektronik yang diterima Aktual.com di Jakarta. Rabu, (27/1).
Dia mengamati, perbedaan pendapat tersebut bahkan menular hingga ke tengah publik, kalangan praktisi, kalangan akademisi dan kalangan pengamat, semua terbelah dengan berbagai macam pernyataan dan analisa.
Hampir setiap hari terjadi saling berbantahan lisan maupun tulisan tentang masa depan Masela. Seolah Masela ini hanya urusan onshore dan ofshore saja hingga mengabaikan kepentingan yang lebih besar.
“Berapa lama lagi perseteruan Masela ini akan berakhir? Akankah perbedaan pendapat ini akan menjadikan Blok Masela sebagai gelanggang abadi perseteruan kepura puraan para pembela kepentingan?” tanya Ferdinand.
Menurutnya sekarang waktunya Presiden Jokowi turun tangan dan segera memutuskan masa depan masela, karena dia menilai bahwa presiden sebagai pemimpin tertinggi tidak boleh larut dalam perseteruan masela, presiden harus menjadi pemutus akhir.
“Segala pertimbangan dan analisis sudah lengkap ditengah publik tersaji, tinggal sikap presiden yang dibutuhkan saat ini,”pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan