Jakarta, Aktual.co —Ibu korban Andi Audi Pratama (16) siswa kelas XI SMA 109 sempat mengalami syok saat mendengar makam anaknya di Blok A, TPU Jeruk Purut, Cilandak, Jakarta Selatan dibongkar kepolisian untuk diotopsi, terkait kasus pengeroyokan yang menyebabkan anaknya itu tewas.
Otopsi  dilakukan kepolisian dari Polsek Pasar Minggu dan pihak tim dokter dari Rumah Sakit Bhayangkara TK. I. R. Said Sukanto, Kramat Jati.
“Semua keluarga Ikut menghadiri pembongkaran makam Audi, termasuk Ibu Audi sendiri ikut. Pembongkaran sendiri dilakukan untuk proses autopsi guna keperluan penyidikan polisi terkait kematian Audi” ujar paman korban, Farry Patlance (37), saat proses pembongkaran makam korban di TPU Jeruk Purut, Jum’at (14/11).
Diakui Farry, pagi tadi ibu korban, Erlita Hidayat (36) memang sempat syok kuburan korban akan dibongkar. “Tapi setelah diberikan dukungan oleh semua keluarga Ibu Audi menguatkan dirinya dengan banyak-banyak berdoa. Pihak keluarga juga berdoa.”
Sebelumnya, kata dia, pihak kepolisian memang sudah meminta ijin melakukan pembongkaran sejak hari Rabu (12/11) lalu.
Awalnya pihak keluarga menolak. Tapi akhirnya demi proses hukum untuk mengungkap kematian Audi, pihak keluarga mengijinkan kepolisian membongkar makam.
“Kami serahkan semuanya pada pihak kepolisian untuk mengungkap kematian Audi ini demi proses hukum. Polisi minta izin dulu sama kita, lalu kami langsung berikan surat ijinnya ke polsek hari Rabu (12/11) kemarin,” katanya.
Farry menambahkan, pihak keluarga ikut mengawal proses autopsi yang dilakukan oleh pihak kepolisian, kecuali ayah korban, Andi Ardi Sukribaso (37) yang sedang tugas di luar kota.
“Ayah Audi sekarang sedang di Makasar, dia sedang dinas di sana. Ayah Audi pegawai Dinas Perhubungan Jakarta. Tapi, dia sudah tau soal ini,” ungkapnya.
Dari pihak kepolisian sendiri telah melakukan pemeriksaan terhadap 12 saksi terkait kasus kekerasan yang mengakibatkan siswa kelas XI SMA 109, Andi Audi Pratama (16) meninggal.
Pejabat Sementara, Kapolsek Pasar Minggu, I Ketut Sudarsana mengatakan, pihaknya telah memeriksa 12 orang saksi terkait tewasnya siswa SMA 109 tersebut.
“Saat ini, kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap dua belas orang saksi terkait kasus kekerasan yang menyebabkan kematian ini” ujarnya pada saat mengikuti proses pembongkaran makam korban.
Dia menyatakan, pembongkaran makam sendiri dilakukan guna melengkapi penyelidikan yang dilakukan oleh pihaknya.
“Prosedurnya memang demikian. Apabila terjadi kasus penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal harus dilakukan autopsi” katanya.
Sudarsana menambahkan, pihaknya masih belum dapat menginformasikan hasil autopsi yang dilakukan oleh tim dokter dari pihak Rumah Sakit I. R. Said Sukanto.
Sebab, data yang di dapatnya akan di bawa ke rumah sakit terlebih dahulu untuk di proses.
“Kami belum dapat berikan info. Tim dokter yang menentukan hasil penyebab kematian korban. Setelah di proses datanya, baru pihak tim dokter melaporkannya pada kami” tuturnya.
Namun demikian, kata Sudarsana, saat dilakukan pemeriksaan, terdapat bekas luka di bagian kaki, muka, dan mulut korban.
“Ada bekas sajam. Kemungkinan di bacok itu ada. Tapi, kami masih menanti hasil autopsinya. Mudah-mudahan hasilnya cepat kami terima” jelasnya.
Berbeda dengan Sudarsana, pihak tim dokter yang melakukan proses autopsi enggan memberikan komentar terkait hasil autopsi tersebut.
“Berdasarkan kode etiknya. Kami tidak diperkenankan memberikan keterangan apa pun. Keterangannya akan kami berikan pada pihak kepolisian” tutup salah seorang tim dokter dari pihak RS. I. R. Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Artikel ini ditulis oleh: