Siluet atlet menembak Malaysia Mohd Ridhu M (kiri) dan atlet Vietnam Xuan Chuyen P (kanan) berlaga pada final 25 meter Rapid Fire Pistol Men dalam kejuaraan menembak se-Asia Tenggara ke-39 di Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta, Jumat (20/11). Kompetisi yang diikuti 269 atlet dari negara di Asia Tenggara tersebut berlangsung hingga 26 November 2015. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/15.

Jakarta, Aktual.com – Kepolisian New York pada Minggu memburu pembunuh seorang imam masjid dan asistennya seusai menjalani ibadah di masjid di Queens, Sabtu, hingga mengejutkan kaumnya, masyarakat Bangladesh.

Meski belum menetapkan alasan pembunuhan itu, polisi mengaku belum menemukan bukti korban dibunuh karena agamanya. Akan tetapi, kemungkinan atas hal tersebut tetap diperhitungkan.

Penduduk setempat meminta pejabat terkait memperlakukan penembakan siang hari itu sebagai kejahatan karena kebencian.

Ketua Dewan Kota New York Melissa Mark-Viverito mengutuk serangan itu dan berujar, “Kebencian semacam itu tak memiliki tempat di masyarakat.” Pelaku mendekati korban dari belakang dan menembak kepalanya dalam jarak dekat pada pukul 1.50 siang EDT (17.50 GMT) di Taman Ozone, Queens, satu dari lima kawasan kecil kota, ujar polisi.

Korban diketahui bernama Imam Maulama Akonjee, 55 tahun, dan Thara Uddin, 64 tahun. Keduanya mengenakan baju ibadah, tambahnya. (Baca: Imam Masjid di AS Tewas Ditembak).

Menurut media setempat, Akonjee seorang bapak dari tiga anak yang pindah dari Bangladesh dua tahun lalu.

Ia tengah membawa seribu dolar Amerika Serikat saat ditembak, tetapi pelaku tak mengambil uang tersebut, lapor media “The New York Times”.

Korban diserang sejauh dua blok dari masjid tempat mereka beribadah siang.

Taman Ozone adalah kawasan kerja, yang luas dan beragam, rumah dari banyak umat muslim asal Bangladesh.

“Saya tak pernah merasakan tensi semacam ini,” kata Nizam Uddin, 57 tahun, supir taksi dan anggota Masjid Al-Furqan Jame, yang mengaku mengenal ulama dan pendampingnya itu, walau tak memiliki hubungan khusus.

“Kami meminta keadilan bagi imam (pemimpin agama),” katanya.

Peristiwa itu dapat dianggap sebagai aksi kekerasan cukup parah yang menimpa pemimpin agama setempat dalam beberapa tahun terakhir, kata Ibrahim Hooper, direktur komunikasi nasional Dewan Relasi Amerika-Islam (CAIR), kelompok pembela hak sipil muslim.

Hooper mengatakan ia masih mengingat insiden di masa lalu saat sejumlah imam banyak dilecehkan.

“Hal semacam itu terjadi, tetapi sebelumnya mereka tak pernah dibunuh,” katanya.

Polisi menyebarkan sketsa pelaku, seorang pria dengan rambut gelap, janggut, dan berkacamata. Polisi mendeskripsikan warna kulit pelaku agak coklat dan diduga umurnya sekitar 30 sampai 40 tahun. (Selengkapnya: Kepolisian New York Rilis Sketsa Pembunuh Imam Besar Masjid).

Saksi mengaku ke polisi, mereka melihat pelaku yang saat itu memakai kemeja gelap dan celana pendek biru.

Pelaku melarikan diri dengan senjata di tangannya, kata polisi.

Rekaman video pengawas menunjukkan, tersangka telah membuntuti korban.

Laporan CAIR dan Universitas Kalifornia di Berkeley pada Juni memperlihatkan, jumlah insiden serangan di masjid meningkat hingga 78 kasus pada 2015. Angka itu dinilai paling tinggi sejak lembaga memulai survai pada 2009. (Baca juga: WZF Kutuk Penembakan Imam Masjid New York).

(Ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Nebby