Jakarta, Aktual.com — Polri menemukan lima korban peristiwa teror bom Sarinah, Jalan MH Thamrin, terganggu secara psikologis. Guna proses memulihan psikologis polisi melakukan upaya konseling dan wawancara baik pada korban maupun dan keluarga.
“Dari 27 korban dirawat tidak semua menunjukkan tanda tanda psikologis, tapi yang perlu kita atensi lima, salah satunya khusus,” ujar Sespudokkes Polri Kombes Budiyono di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (25/1).
Tim Psikolog Polri maupun Polda Metro Jaya , kata dia, setiap harinya mendatangi rumah korban untuk melakukan konseling. Hal ini bertujuan untuk memulihkan korban dari trauma.
Dia menerangkan, trauma psikologis tak boleh dianggap enteng. Bagi sebagian korban, kejadian teror di Thamrin tidak membuat trauma tapi pada sebagian korban. Aksi teror yang terjadi pada, (14/1) lalu itu, membuat trauma ringan hingga berat.
Perubahan psikologis ini, sambung Budiyono, terlihat dari hasil konseling dan wawancara keluarga. Korban menunjukkan sikap berbeda setelah kejadian misal ketakutan, menjadi suka marah, pendiam, serta tidak nyambung saat diajak bicara.
“Dari info tim, yang satu khusus itu harus dirujuk ke ahli jiwa, karena sudah berat,” ujar Budiyono.
Dia mengatakan, dengan konseling dan wawancara, psikolog dan psikiater bisa mengembalikan korban pada pemikiran normal. Tapi, hal itu kata dia juga tergantung pada korban seberapa cepat pulih.
Di sini kata dia juga perlu ada bantuan keluarga terdekat. Supaya, psikolog korban cepat pulih.
“Salah satu terapi yang kita lakukan agar keluarga dekat khususnya harus bisa memberikan motivasi kepada korban, apalagi yang secara fisik berat sakitnya sehingga kita lingkungan harus mendukung,” ujar dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu