Ambon, Aktual.com – Polres Pulau-Pulau Aru di Kabupaten Kepulauan Aru telah menertibkan 35 geng bermasalah, yang merekrut kalangan remaja dalam kegiatan negatif.

“Ternyata geng ini sudah ada dari enam tahun lalu, seperti Geng Sniper Capsul, Gadis Gila, atau Geng Malaikat Pencabut Nyawa,” kata Kapolres setempat AKBP Adolf Bormasa di Ambon, Rabu (26/10).

Awalnya keberadaan puluhan geng ini cukup bagus, karena mereka membuat kegiatannya dalam grup dance dan merekrut anak-anak SMP kelas satu dan SMU atau pun madrasah.

Tetapi belakangan mulai menjurus ke hal-hal negatif seperti ada renungan suci di pantai malam hari sampai subuh, dan ada perpeloncoan yang melibatkan dua komunitas yang muslim maupun nasrani, dan menyatakan sumpah setia kepada organisasi dengan cara yang unik.

Untuk yang nasrani, kata Kapolres, mereka harus bersumpah dengan meletakkan kitab suci Alkitab di atas kepala, sedangkan bagi yang muslim harus meletakkan tangannya di atas kitab suci Al Quran.

Ironisnya lagi, kegiatan geng saat ini makin menjurus kepada penggunaan obat-obatan dan setelah polisi menemukan kasus tersebut langsung berkoordinasi dengan bupati dan diinstruksikan kepada polres untuk menghentikan kegiatan mereka.

Setiap geng memiliki ciri khas tersendiri dan ada logo khususnya yang dibuat pada baju kaos mereka. “Sekarang kita lagi berproses dan anak-anak anggota geng dijadikan korban oleh polisi tetapi yang berstatus pimpinan akan dijerat dengan masalah hukum karena merekrut anak-anak bawah umur ikuti aliran-aliran yang diduga sesat.”

Sejumlah alat bukti termasuk rekaman video saat anggota geng melakukan ritual di pantai juga telah disita polisi. Kapolres mencontohkan geng sniper capsul itu harus memakai cap darah dari jari yang dilukai dan itu cukup berbahaya bagi kesehatan mereka.

Alasannya kalau ada di antara anggota geng yang mengidap penyakit berbahaya dan menular akan berpindah kepada anggota yang lain saat melukai jari mereka dan menempelkannya di selembar kain hitam.

“Sekarang kami sudah menghentikan kegiatan mereka bersama semua unsur dari tokoh agama, pemuda, Dinas Pendidikan, TNI/Polri dan muspida dengan cara masuk sekolah-sekolah untuk sosliasi dan satu hari bisa tiga sampai empat semua sekolah SD-SMA dan Madrasah termasuk masjid dan gereja.”

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Wisnu