Saat itu sejumlah tentara mengkoordinasikan tank-tank dan pesawat tempur untuk menyerang parlemen sehingga menewaskan lebih dari 240 orang. Gulen, yang tinggal dalam pengasingan di Amerika Serikat sejak 1999, membantah terlibat dan bahkan mengecam upaya kudeta yang berakhir dengan kegagalan itu.
Sejak saat itu sudah lebih dari 50.000 orang dipenjara karena dekat dengan ajaran Gullen, sementara 150.000 lainnya dipecat atau dipaksa cuti di luar tanggungan dari pekerjaannya dalam angkatan bersenjata, perusahaan-perusahaan swasta, dan lembaga pemerintah.
Pihak pemerintah sendiri menangkis tudingan pelanggaran hak asasi manusia dari sejumlah pihak. Mereka mengatakan bahwa operasi pembersihan besar-besaran merupakan satu-satunya cara untuk menangkal ancaman dari jaringan Gullen yang dianggap sudah menginfiltrasi berbagai institusi negara seperti pengadilan, angkatan bersenjata, dan sistem pendidikan.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara