Pemilihan rumah korban, menurut Sudamiran, dilakukan secara acak. “Kebanyakan mereka mengincar rumah yang seluruh penghuninya bekerja dan hanya ditunggui oleh seorang pembantu rumah tangga,” ucapnya.

Setiap beraksi, masing-masing anggota dalam komplotan ini berbagi peran. Dua di antaranya berperan sebagai petugas PDAM yang berpura-pura mengecek meteran. Lainnya berjaga di luar rumah, serta ada pula yang ikut masuk ke dalam rumah untuk melakukan pencurian ketika sang pembantu lengah.

“Di dalam rumah, mereka merusak paksa lemari dengan menggunakan obeng dan peralatan lainnya,” ujar Sudamiran.

Tiap rumah korban yang menjadi sasarannya, komplotan ini memperoleh hasil curian yang beragam, masing-masing berkisar antara Rp30 hingga 40 juta, kebanyakan berupa perhiasan.

Sudamiran menduga komplotan ini telah beraksi di banyak rumah korban lainnya. “Kami masih kembangkan penyelidikan untuk mencari kemungkinan korban lainnya. Saya harap kalau ada warga lain yang menjadi korban dari komplotan ini segera melapor,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara