Jakarta, Aktual.co —Kebijakan Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar, dan Menengah, Anies Baswedan untuk menghentikan pemberlakuan Kurikulum 2013, menuai pro kontra.
Salah satu yang setuju adalah Anggota DPRD DKI Jakarta Merry Hotma dari Fraksi PDI-P. Dia punya dua alasan mengapa mendukung dihentikannya kurikulum produk dari Menteri Pendidikan M Nuh itu.
Pertama, menurutnya di Kurikulum 2013, tanggung jawab materi pendidikan dibebankan seluruhnya ke siswa didik. Sementara guru hanya jadi pendamping. Dengan pola seperti itu, kata dia, masalah akan timbul saat ujian.
Yakni jika belum semua murid mempelajari materi yang diujikan,” ucap Merry, di DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (15/12).
Banyaknya beban pelajaran di Kurikulum 2013, juga dianggapnya membuat anak didik tidak lagi mengenal dunianya. Akibatnya anak didik tidak bisa tumbuh secara normal dan sehat.
“Bagaimana pun juga anak-anak harus melawati masa-masa atau jenjang pertumbuhannya secara natural,” ujar dia.
Alasan kedua, ujar dia, banyak dari guru tidak memahami teknis Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Kurikulum 2013. Menurutnya, guru lebih memahami dan interaktif menggunakan Kurikulum 2006.
“Dibanding penerapan Kurikulum 2013,” kata Anggota komisi E ini.
Lagipula, kata dia, saat ini Kurikulum 2013 masih dievaluasi Pemrov DKI. Sehingga belum tentu diterima oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Dengan berbagai alasan itu, Merry mengaku setuju jika lebih baik digunakan Kurikulum 2006, ketimbang Kurikulum 2013.
“Jangan terlalu memaksakan keadaan. Kalau dipaksakan bisa tidak terkendali dan berantakan,” sambungnya.
Artikel ini ditulis oleh:

















