Mimika, Aktual.com – Air mata “center” tim bola basket putri Bali, Ni Putu Eka Liana Febiananda tidak terbendung ketika pertandingan semifinal PON XX Papua melawan Sulawesi Selatan di Mimika Sport Complex, Mimika, Kamis (7/10), selesai.
Eka, sapaannya, seakan tak menyangka: Bali ke final PON! Pertama kali dalam sejarah. Tangan-tangan rekannya datang menghampiri, mereka saling berangkulan. Mengungkapkan bahagia nyaris tanpa kata-kata.
Tangis atlet berusia 21 tahun itu bahkan belum reda sesaat sebelum jumpa pers selepas pertandingan yang berakhir dengan skor 52-41. Bagi perempuan yang juga aktif di bola basket 3×3 itu, final PON berarti banyak hal.
“Saya menangis karena saya dan semua pemain mau menang. Demi Bali, demi orang tua, demi pelatih. Kami sangat ingin masuk final. Kami mau membuktikan kepada orang-orang yang meremehkan kami bahwa kami bisa,” ujar Eka.
Sekitar empat jam setelah laga Bali kontra Sulawesi Selatan, di tempat yang sama, tim bola basket putra Sulawesi Utara juga merayakan sejarah serupa: melangkah ke final PON.
Sulawesi Utara membalikkan ketinggalan pada tiga kuarter untuk mengunci kemenangan pada kuarter keempat atas Jawa Tengah, 65-57.
Para pemain, pelatih dan staf Sulut sangat emosional.
“Tuhan mendengar doa-doa kami. Ini pertama kali kami ke final. Anak-anak sangat gigih, kokoh,” kata pelatih Sulut Roland Lengkong selepas laga.
Tim putri Bali dan putra Sulawesi Utara sama-sama berenang di kolam bahagia, tetapi perjuangan belum selesai. Partai final menunggu pada Sabtu (9/10).
Mereka pun bersiap untuk itu. Sudah di final, medali emas dipastikan menjadi target. Andai benar-benar bisa keluar sebagai kampiun PON, tentu sejarah bola basket Bali dan Sulawesi Utara akan semakin manis. Namun, meraihnya tidak akan mudah.
Bali akan menghadapi Jawa Timur yang masih penasaran dengan medali emas PON lantaran hanya mendapatkan medali perunggu pada PON 2016.
Sementara Sulawesi Utara harus menjajal kekuatan DKI Jakarta yang dalam motivasi tinggi untuk meraup medali emas PON Papua karena mereka belum pernah mengantongi kepingan logam itu lagi setelah PON 2008.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Dede Eka Nurdiansyah