Medali perunggu

Selain laga final, pada Sabtu (9/10) juga ada pertandingan perebutan tempat ketiga alias medali perunggu bola basket PON Papua untuk putra dan putri.

Untuk sektor putri ada DKI Jakarta versus tim kuda hitam, Sulawesi Selatan.

Jakarta dan Sulawesi Selatan sempat bertemu di Pool Y, di mana secara mengejutkan Sulsel menang 66-56.

Situasi serupa tentu tak akan dibiarkan Jakarta terulang kembali.

“Kami tak boleh melakukan kesalahan yang sama. Jakarta tidak ingin pulang dengan tangan hampa,” kata asisten pelatih DKI Jakarta Benny Nikolo.

Tim Sulawesi Selatan memiliki misi yang sama, tetapi sang pelatih Eddy Winarso menegaskan mereka hanya mau menikmati pertandingan.

“DKI Jakarta tim bagus. Namun kami mau bermain tanpa beban. Lepas saja,” kata Eddy.

Dari sektor putra, ada Jawa Tengah kontra Jawa Timur.

Berdasarkan catatan statistik laga-laga sebelumnya, Jawa Tengah tampak meninggalkan Jawa Timur. Jawa Tengah terdepan dalam hal persentase “field goal” (42,6:38,5), lemparan tiga poin (30:28) dan lemparan bebas (64,8:47,6).

Jawa Timur juga cenderung sembrono dengan membuat 120 kali pelanggaran dan 116 turnover di PON Papua. Jawa Tengah sendiri membuat 90 kali pelanggaran dan 91 turnover sebelum final PON Papua.

Namun, pelatih Jawa Tengah Xaverius Wiwid menyebut bahwa keseimbangan skuadnya sedikit terganggu dengan cederanya Ramdhan Yuwana saat melawan Sulawesi Utara di semifinal, Kamis (7/10). Belum bisa dipastikan apakah Ramdhan akan berlaga di final atau tidak.

“Kena ankle (pergelangan kaki-red) di kuarter satu. Dia bisa membangun komunikasi di lapangan,” ujar Wiwid.

Di kubu Jawa Timur, pemain Ikram Fadhil mengaku tidak puas timnya berlaga untuk medali perunggu. Akan tetapi, dia memastikan semua pemain siap habis-habisan demi tempat ketiga.

“Kami akan berjuang untuk perunggu,” kata Ikram.

Babak akhir cabang olahraga bola basket PON XX Papua memang unik. Sebab, fase final nantinya bisa saja tidak cuma melahirkan juara tetapi juga pencetak sejarah.

Bagaimanapun, harapannya cuma satu. Boleh menjadi juara, bisa mematri sejarah, tetapi jangan lupa kita mesti searah: membangun sebuah iklim bola basket Indonesia dengan pengembangan pemain yang merata di semua daerah.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Dede Eka Nurdiansyah