Ratusan Santri mengikuti Upacara Hari Santri Nasional di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Sabtu (22/10). Upacara Peringatan Hari Santri Nasional dengan tema "Merajut Kebhinekaan dan Kedaulatan Indonesia" ini dihadiri sekitar 50.000 santri dari se-Jabodetabek. Hari Santri Nasional ditetapkan oleh pemerintah melalui Keppres nomor 22 tahun 2015. AKTUAL/Tino Oktaviano

Situbondo, Aktual.com – Pondok Pesantren Sukorejo akan menggelar napak tilas perjuangan KH As’ad Syamsul Arifin saat memimpin pasukannya berjuang mengusir penjajah Jepang dari wilayah Jember, Jawa Timur, di Tahun 1945.

“Kegiatan ini merupakan momentum untuk menanamkan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme kepada generasi muda sebagai peserta dalam napak tilas nantinya,” kata Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo KH Ahmad Azaim Ibrahimy di Situbondo, Jawa Timur, Minggu (6/11).

Napak tilas itu akan digelar pada 14 hingga 15 Nopember 2016 dengan titik berangkat dari Ponpes Raudlatul Ulum, Sumber Wringin, Kecamatan Sukowono, Jember, menuju Garahan, Jember, sejauh 55 KM. Ponpes Raudlatul Ulum sendiri merupakan tempat Kiai As’ad mampir dan menginap bersama pasukan Palopor saat akan menyerbu markas Jepang di daerah Silo, Garahan, pada September 1945.

Menurut Kiai Azaim yang juga cucu dari ulama kharismatik KH As’ad itu, setiap jejak perjalanan ulama, terlebih seorang pejuang atau mujahid di jalan Allah, maka seluruhnya adalah keteladanan.

“Baik yang kita dapatkan dari ajaran tutur kata maupun situasi situs perjalanan di medan pertempuran. Kita mengenal Perang Badar di zaman Nabi Muhammad yang sangat dahsyat. Hingga kini lokasi Badar menjadi rujukan. Dimana Nabi mengatur strategi kala itu. Begitu juga yang dihadapi oleh Kiai As’ad saat mengusir penjajah. Semua menjadi pelajaran bagi kita. Apa saja persiapan lahir batin dari beliau kala itu,” katanya.

Ia menceritakan, semalam sebelum penyerangan ke markas tentara Jepang, KH As’ad dan pasukannya menginap di salah satu pesantren di Jember yang juga masih kerabatnya. Saksi sejarah menyebutkan bahwa Kiai As’ad kala itu membaca “rotibul hadad” (dzikir khusus di kalangan ulama NU) selama semalam suntuk.

“Hal ini mengajarkan bahwa jangan hanya persiapan fisik, tapi juga ada sisi ruhani. Beliau juga mengajarkan agar kita mengasah kekuatan ruhani. Tawakkal kepada Allah juga harus baik agar terbangun kekuatan yang istimewa dalam setiap perjuangan,” katanya.

Karena pesertanya adalah generasi muda, yakni santri dan pelajar maka diharapkan napak tilas ini, katanya, memberikan pelajaran mengenai patriotisme dan nasionalisme yang riil kepada mereka.

“Anak-anak muda sekarang kan lebih mengenal sosok fiktif mengenai siapa itu pahlawan, yakni dari kartun atau film. Sementara yang kita napaktilasi ini adalah perjuangan seorang tokoh yang riil dalam sejarah sehingga sangat diharapkan mampu menanamkan jiwa patriotisme, nasionalisme dan jiwa religius kepada mereka,” ujarnya.

Momentum ini, katanya, juga menjadi sarana silaturahim dengan tokoh agama yang mungkin di hari-hari biasa belum tentu ada kesempatan untuk bertemu dengan mereka yang selama ini sangat dimuliakan oleh umat.

“Acara ini juga menjadi media untuk penguatan kebangsaan kita, khususnya bagi generasi muda,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Nebby