Jakarta, Aktual.com — Airlangga Hartanto menjadi calon ketua umum dengan popularitas tertinggi dari caketum lainnya. Hasil survei Golkarnews.com bekerjasama dengan lembaga Survei & Polling Indonesia (SPIN) menunjukkan popularitas Airlangga mencapai 18,1 persen.
Dalam keterangan tertulisnya, Kamis (5/5), Direktur Eksekutif SPIN Igor Dirgantara memaparkan, dari tujuh caketum Golkar yang sudah mendeklarasikan maju dalam Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) berturut-turut Airlangga 18,1 persen, Ade Komarudin 17.4 persen, Mahyudin 16,9 persen, Idrus Marham 15,5 persen, Azis Syamsudin 14,7 persen, Priyo Budi Santoso 12,6 persen dan Setya Novanto 4,8 persen.
“Riset dilakukan dalam rangka menyambut pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar yang akan digelar di Nusa Dua Bali, 15-17 Mei mendatang dengan agenda utama pemilihan ketua umum,” ucapnya.
Riset telepolling difokuskan pada beberapa nama calon ketua umum (caketum) yang aktif berkeliling mengunjungi berbagai daerah (DPD1/DPD2) sebagai pemegang hak suara Partai Golkar di Indonesia.
Riset memberikan pilihan kepada responden terkait siapa figur caketum Partai Golkar yang dianggap paling punya integritas di mata publik dengan mempertimbangkan prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela (PDLT).
Ditambahkan Igor, ada tiga alasan kuat Airlangga menjadi caketum dengan popularitas tertinggi. Pertama, Golkar tengah membutuhkan Ketum yang bersih, punya gagasan baru membangun partai dengan rekam jejak tidak tercela. Sosok tersebut merujuk pada prestasi dan dedikasi Airlangga yang membawa semangat pembaharuan.
Kedua, Airlangga dinilai loyal, santun dan tidak punya masalah hukum. Selama menjabat sebagai anggota DPR 3 periode dan pernah menjadi Ketua Komisi VII DPR, publik tidak pernah mendengar berita negatif tentang Airlangga dari aspek apapun. Berikut ketaatannya melaporkan harta kekayaannya kepada pihak berwenang.
Ketiga, Airlangga dinilai sebagai caketum dari kalangan muda yang sederhana serta punya visi dan misi berani menolak politik uang dan mahar politik.
Riset sendiri disampaikan Igor mengambil 500 responden secara acak dari buku telepon antara tanggal 25-30 April 2016 di 10 kota besar. Diantaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Palembang, Samarinda, Menado, Kendari, Kupang, dan Bali.
“Dengan tingkat kesalahan plus minus 4,5 persen, riset ini tidak mewakili populasi secara keseluruhan, namun bisa menggambarkan potret keinginan publik klas menengah perkotaan yang memiliki telepon,” demikian Igor.
Artikel ini ditulis oleh: