Jakarta, Aktual.com – Peta pencalonan presiden pada beberapa waktu ke depan diprediksi akan bergerak sangat dinamis dan bahkan bisa memberikan kejutan luar biasa kepada publik.
Salah satu dinamika atau kejutan yang mungkin terjadi adalah duet Prabowo Subianto dan Anies Baswedan sebagai pasangan capres-cawapres.
Peneliti Senior Surabaya Consulting Group (SCG), Arif Budi Santoso, mengatakan peluang itu muncul mengingat pendukung kedua tokoh tersebut beririsan.
Selain itu, duet keduanya untuk menandingi elektabilitas Ganjar Pranowo yang berpotensi terus naik.
“Dengan membaca tren elektabilitas Ganjar semacam itu, bisa dimungkinkan ada pergeseran kesadaran di antara kubu Prabowo dan Anies untuk mengonsolidasikan diri guna menantang Ganjar dengan melahirkan duet Prabowo-Anies. Hitung-hitungan itu dimungkinkan, sehingga terjadi konsolidasi di antara pendukung Prabowo dan Anies yang sebenarnya sedikit beririsan,” ujar Arif kepada wartawan dikutip, Rabu (3/5).
Arif menuturkan angka elektabilitas Ganjar berpotensi terus meningkat karena tingkat popularitasnya belum seoptimal Prabowo dan Anies.
Angka popularitas Ganjar di sejumlah survei baru berkisar 80 persen, sedangkan Prabowo dan Anies sudah di atas 90 persen.
Potensi duet antara Prabowo Anies juga bisa jadi ada hubungannya dengan pertemuan antara Prabowo dengan Jusuf Kalla.
Belum diketahui secara spesifik isi pertemuan itu. Namun, bisa jadi membahas soal koalisi dan duet antara Prabowo dan Anies.
Diketahui bahwa JK merupakan sosok yang sejak lama memberikan dukungan kepada Anies, misalnya dalam Pilgub DKI jakarta lalu.
Di Pilpres 2024, JK juga bahkan sudah mengusulkan sejumlah nama untuk menjadi cawapres Anies.
Namun, nama-nama tersebut masih dalam pembahasan partai pendukung Anies, antara lain NasDem, PKS, dan Demokrat.
Di sisi lain, Arif berkata pencalonan Ganjar Pranowo sebagai game changer pembuka dari semua permainan catur politik Pilpres 2024.
Arif mengatakan bahwa Ganjar telah mengubah skenario-skenario, baik itu skenario Koalisi Indonesia Bersatu (PPP, Golkar, PAN), Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Gerinda dan PKB), bahkan Koalisi Perubahan (NasDem, PKS, Demokrat).
Lebih dari itu, dia berkata kebutuhan konsolidasi internal partai politik untuk mengamankan suara pemilihan legislatif 2024 merupakan salah satu variabel penting dalam penentuan capres-cawapres.
Arif mencontohkan, majunya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Pilpres akan mengonsolidasikan kekuatan Demokrat, sehingga suaranya akan aman.
“Dengan kalkulasi politik semacam itu, bandul politik bisa terus berubah. Caturnya masih terus dimainkan, sembari tentu harus menghitung presidential threshold,” ujar Arif.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu