Jakarta, Aktual.com – Setiap jurnalis yang melakukan peliputan di wilayah konflik, dapat menjalankan misi diplomasi jalur kedua yang berkontribusi dalam peningkatan kerja sama dan kesepahaman.
“Saat meliput di daerah konflik setiap jurnalis dapat memainkan peran sebagai pekerja kemanusiaan. Selain itu menjalankan misi diplomasi jalur kedua (second track diplomacy),” ujar Senior Manager Current Affairs TV One Hanibal W.Y Wijayanta di diskusi “Peranan Media Di Situasi Konflik dan Krisis” dalam rangkaian kegiatan World Press Freedom 2017, Jakarta, Senin (1/5).
Saat meliput Perang Gaza pada 2009, Hanibal membantu melihat bahwa Jalur Gaza membutuhkan rumah sakit baru, dikarenakan rumah sakit yang tersedia tidak cukup menampung korban yang berjatuhan.
“Setelah perang, total korban meninggal sebanyak 1.336 orang dan 5.560 warga terluka,” ujar dia.
Saat itu ia bersama dengan tim Mer-C bertemu dengan Menteri Kesehatan Gaza untuk melakukan pembangunan rumah sakit. Rumah Sakit itu dinamakan Rumah Sakit Indonesia.
“Rumah Sakit Indonesia yang berlokasi di Bayt Lahiya telah resmi beroperasi pada 27 Desember 2015,” ujar dia.
Rumah sakit yang dibangun atas inisiatif organisasi Me-C itu menelan dana sekitar Rp126 miliar. Rumah sakit itu dibangun di atas tanah seluas 16.261 meter persegi.
“Rumah sakit ini merupakan kontribusi nyata warga Indonesia terhadap Palestina,” kata dia.
Selain itu, setiap jurnalis dapat berperan mendorong perdamaian melalui pemberitaan yang mengarahkan kedamaian.
“Kita dapat mengambil sisi humanis dari peristiwa konflik yang terjadi,” ujar dia.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: